Rabu 24 Jan 2018 20:33 WIB

Kejayaan Industri Maritim Ottoman

Ottoman menyerab pengetahuan maritim dari wilayah-wilayah Anatolia.

Istanbul
Foto: visit2istanbul.com
Istanbul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari tembok benteng Konstantinopel yang baru saja dikuasainya, Sultan Mehmed memandangi perairan di sekitarnya. Sang penakluk itu menyadari bahwa perairan Gol den Horn yang terletak dekat pertemuan Selat Bosporus dan Laut Marmara itu berair tenang, namun cukup dalam sehingga cocok untuk pela buhan besar bagi kapal-kapal perang.

Sultan kemudian menunjuk Hamza Pasha sebagai komandan angkatan laut Otto man yang diperintahkan un tuk membangun markas ar ma da kapal perang di sisi uta ra Golden Horn di sebe rang Konstantinopel, tepatnya di Haskoy, di sisian Su ngai Kasimpasa

Banyak tukang kayu, pe laut, dan juga pengrajin ka pal dibawa dari berbagai wilayah pesisir Kesultanan Ottoman ke Konstantinopel yang diubah namanya menjadi Istanbul. Mereka itulah yang menghidupkan aktivitas pangkalan angkatan laut ter besar Ottoman tersebut.

Sebuah lukisan miniatur pada abad ke-15 menggambarkan bahwa berbagai kapal galley, kapal layar bertenaga dayung, berlabuh dan diperbaiki di Golden Horn menunjukkan bahwa markas angkatan laut Ottoman itu memang makmur.

Peradaban Islam dimulai dari tengah-tengah gurun pa sir Jazirah Arabia dan ba nyak pusat kekuasaan ter letak di pedalaman seperti Damaskus, Baghdad, dan Kordoba. Ke kuatan perang Mus lim awalnya lebih ba nyak difokuskan pada darat an sampai akhir Pe rang Salib di abad ke-13. Sementara, ba ngun awal peradaban Ero pa di Mediterania sudah me ngenal laut sejak masa Yu nani Kuno sampai Romawi lebih dari dua ribu tahun sebelumnya.

Lalu, muncullah Kesultanan Ottoman di pedalaman barat laut Anatolia yang mampu memperluas wilayah kekuasaannya ke barat dan utara, sampai pesisir Medi terania dan Laut Hitam. Ka rena itu, Ottoman mulai me nyerap pengetahuan maritim dari wilayah-wilayah Anatolia yang didudukinya.

Ottoman juga memanfaat kan pangkalan armada kapal perang yang direbutnya dari Romawi Timur (Bizantium), seperti Izmit, Karamursel, Gem lik, dan Edincik. Dengan masuknya Gallipoli dalam ke kuasaan Ottoman, pang kal an angkatan laut pertama Ottoman dibangun di wila yah itu oleh Yildirim Bayezid pada tahun 1390 M.

Pangkalan itu dibangun da ri kastil tepi laut. Dua pe la buhan buatan dibangun me manfaatkan kolam di sisi kastil. Untuk keamanan, mu lut pelabuhan dijaga dua me nara yang bisa ditutup de ngan rantai besi.

Lalu, dibangun pula ga langan kapal, depot perbe kal an, air mancur untuk per sediaan air bagi kapal, pabrik roti, dan depot amunisi yang membuat Gallipoli lengkap sebagai sebuah pangkalan ka pal perang pertama Ottoman. Dengan kemampuan mem bangun dan memperbaiki kapal di Gallipoli, maka Ottoman mampu menda patkan armada kapal perang nya untuk pertama kali guna mempertahankan wilayah kekuasaannya melawan armada Venesia dan Genoa dari Italia yang menjadi rival utama di Laut Tengah.

Setelah Konstantinopel di taklukkan dan diubah men jadi Istanbul pada 1453, ba rulah Ottoman membangun pang kalan angkatan laut res minya di sisi utara Golden Horn atau wilayah Istanbul yang kini masuk daratan Ero pa yang dikenal sebagai Ga lata, seperti diinginkan oleh Sultan Mahmud. Meski demi kian, Gallipoli terus menjadi pangkalan armada laut Ottoman yang penting sampai tahun 1515, menjelang akhir kekuasaan Sultan Selim I.

Sultan Selim I memper kuat Pangkalan Angkatan Laut di Galata, Istanbul, ka rena dia ingin angkatan pe rang Ottoman tak hanya ga rang di daratan, namun juga perkasa di lautan. Setelah pu lang dari kampanye pe rang Caldiran, Selim menya takan keinginannya itu ke pada Patih Kerajaan Piri Mehmed Pasha.

‘’Jika para kalajengking (Kristen) bisa menguasai laut an dengan kapal-kapal me reka, jika bendera Pe nguasa Venesia, paus, dan ra ja-raja Prancis dan Spa nyol dikibarkan di pantai-pan tai Thrace, ini semua ka rena to le ransi kita. Aku ingin ang katan laut yang sangat kuat dan dengan jumlah kapal yang banyak,’’ kata Sultan Selim I seperti diceritakan dalam buku The History of the Ottoman States.

Maka, Mehmed Pasha pun menanggapinya sebagai ber ikut. ‘’Yang Mulia, Anda baru saja mengatakan apa yang sebenarnya akan saya usul kan. Perintah untuk membangun armada angkatan laut dengan 500 kapal segera dilaksanakan. Orang Prancis akan ketakutan ketika men dengar kabar ini. Sebelum galangan kapal rampung, sebelum 40 kapal galley kita turunkan ke laut, Anda akan melihat bahwa mereka akan datang memohon pembaruan perjanjian damai dan pembayaran upeti. Dengan cara ini maka semua ongkos yang kita keluarkan akan dipenuhi dari upeti itu.’’

Setelah pertemuan itu, Ottoman membangun ga lang an kapal perang dari wi layah Galata sampai ke Su ngai Kagithane di bawah pengawasan Laksamana Ja’- far yang rampung pada 1515. Sebanyak 150 kapal dipesan pada berbagai galangan itu. Setiap kapal membutuhkan biaya pembangunan 50 ribu koin emas. Sejak itu, wilayah Golden Horn resmi menjadi pusat pembangunan kapal dan markas administrasi ang katan laut Ottoman.

Mimpi menguasai Eropa Sejak itu pula, Sultan Se lim dan para penerusnya mem punyai kebijakan pe nguasaan Mediterania dan Laut Hitam sebagai fokus utama, kemudian baru dominasi di Laut Merah dan Sa mudra Hindia. Ketika Selim mulai memperluas kekua saanya ke selatan, ke Suriah dan Mesir pada awal abad ke-16, muncul keinginannya yang lebih besar lagi yang diungkapkannya kepada ilmu wan terkemuka Kemal Pa- sha zade.

‘’Aku ingin meningkatkan jumlah armada kapal perang sampai 300 buah. Mereka ha rus dikerahkan sampai hisar Kagithane. Aku ingin menguasai negara-negara Eropa,’’ kata Selim. Kemal Pashazade pun mengamini bahwa untuk memperkuat negara memang dibutuhkan kekuatan maritim. Dikuasainya Suriah dan Mesir dianggap Selim sebagai batu loncatan untuk menguasai Pulau Rhodes yang terletak di dekat daratan Turki di bagian timur Laut Aegea.

Rhodes yang dikuasai oleh para ksatria Saint-John Hospitaller merupakan benteng pertahanan sangat kuat dan menjadi basis untuk melindungi para jemaat Kristen Eropa yang ingin berziarah ke Palestina.

Rhodes juga berfungsi sebagai tempat pengerahan ka pal-kapal perang untuk meng ganggu jalur pelayaran komersial Ottoman. Pulau itu bisa ditaklukkan oleh putra Selim, Sultan Sulaiman Sang Perkasa.

Pada masa Sultan Sulai man dan dilanjutkan putra nya, Sultan Selim II, pang kal an laut Galata terus di kem bangkan. Tiga tokoh yang memegang peran pen ting dalam pengembangan pang kalan Galata adalah Lak samana Guzelce Kasim Pasha, Khairuddin Barba rossa, dan Sokullu Mehmed Pasha.

Pada abad ke-16, fasilitas markas angkatan laut Otto man terentang dari Azapka pisi sampai Haskoy. Pang kalan ini mempunyai galangan besar yang mampu membangun dan mereparasi 200 kapal perang, berbagai depot amunisi, studio desain, dan ge dung-gedung administratif, masjid, penjara bawah tanah, ruman pemandian, dan air mancur.

Dengan berbagai fasilitas ini, Pangkalan Angkatan Laut Istanbul yang juga dikenal sebagai Arsenal Maritim Galata menjadi pusat kekuatan maritim terkemuka di dunia yang hanya disaingi oleh Venesia. Sebagi gambaran, ketika ada 18 kapal galley dibangun di galangan Venesia pada 1583, ada 24 kapal perang galley kecil dan 36 galley dibangun di Galata.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement