REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti masjid-masjid lainnya, Masjid JIC pun kental akan ornamen-ornamen dekoratif keislaman. Hanya saja, ragam hias di masjid ini merupakan perpaduan dari unsur-unsur dekoratif khas Islam dengan Betawi.
Di bagian luar masjid, tampak menonjol bentuk geometri segi delapan yang merupakan salah satu pola geometri Islam. Wujudnya bisa dilihat pada bingkai jendela kaca patri yang berbentuk segi delapan. Sedangkan pada bingkai pintu terjadi modifikasi pola geometri segi delapan. Dalam hal ini, pengulangan, penyambungan dan pemotongan pada pola geometri pintu tetap menghasilkan karakter seperti induknya.
Ornamen dinding dibalut oleh kerawang yang didesain khusus. Desain khusus ini merupakan modifikasi dari pola segi delapan yang menyatu dengan pola ornamen geometri di bagian gedung lainnya. Kerawang yang berlubang ini sekaligus menjalankan fungsi ventilasi serta pencahayaan
Bagian kaca patri juga tampil senada dengan pola yang merujuk pada segi delapan. Dengan warna khusus, kaca patri ini dibingkai de ngan timah putih. Pada siang hari, kaca patri ini tampak indah dipandang dari dalam masjid sedangkan pada malam hari bisa dinikmati dari arah luar dengan pancaran pencahayaan dari dalam.
Masuk ke bagian dalam masjid, sentuhan aneka ornamen semakin kuat. Mulai dari kaca patri, mukarnas (elemen pelembut pertemuan sudut), lampu gantung, untaian kali grafi, pagar lantai mezanin, hingga mimbar. Bentang masjid sepanjang 66 meter x 66 meter tanpa tiang adalah bentangan terbesar se-Asia Tenggara. Ini menyimbolkan 6.666 ayat dalam Alquran.
Lampu kipas
Nah, pengaruh Betawi mulai terlihat pada lampu-lampu gantung di dalam masjid. Mengadopsi bentuk kipas seperti hiasan di atas kepala ondel-ondel, lampu kipas ini hadir dalam bentuk yang saling bertumpuk. Jumlahnya ada 12 titik yang melambangkan jumlah bulan dalam setahun, yakni 12. Masingmasing lampu kipas ini memiliki bobot satu ton.
Memandang ke depan ke arah mihrab, jamaah akan disuguhi ornamen berupa bingkai-bingkai seperti di bagian luar masjid. Bingkai pada mihrab menggunakan lapisan batu alam berwarna mencolok diban dingkan warna dinding dasarnya. Bagian dalam bingkai berisi ornamen kaligrafi dari tembaga.
Adalah kaligrafi gaya kuffi yang dipilih untuk memperindah bingkai mihrab. Menurut Paimin, gaya kuffi dipilih karena kesederhanaannya dan relatif lebih mudah dibuat dalam bentuk tiga dimensi.
Ayat-ayat yang dipilih sebagai ele men dekoratif kaligrafi mihrab, yaitu surah al-A’raf ayat 55 (pada bagian kanan mihrab) dan surah al- Mukminun ayat 1-2 (pada bagian kiri mihrab). Dekorasi kaligrafi juga muncul pada lantai mezanin depan dan mezanin belakang.
Bagian mimbar Masjid JIC dibuat dari konstruksi kayu dua lantai de ngan fungsi berbeda tiap lantainya. Bagian atas untuk khutbah dan bagian bawah untuk imam me mimpin shalat. Tak keluar dari tema besar, ornamen pada mimbar ini pun mengacu pada pola geometri segi delapan.
Secara keseluruhan, kombinasi warna pada bagian interior masjid lebih kaya dibanding eksteriornya. Pada mimbar muncul warna kuning, hijau muda, dan krem dengan lapis an batu alam warna cokelat dan kelabu. Bagian lantai memakai bahan mar mer berwarna kecokelatan de ngan garis shaf berwarna lebih muda. Perpaduan ornamen ini tampak indah dan anggun saat malam tiba. Pancaran cahaya dari lampu gantung menguatkan keindahan ma sing-masing ornamen. Keindahan berpadu keagungan ini sejalan de ngan visi JIC sebagai penerang lingkungan sekitarnya.
(Baca: Kemegahan Arsitektur Islam di Utara Jakarta)