REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, jumlah santri di Indonesia mencapai 4.048.720 orang. Dari jutaan santri tersebut, hanya 10 persen yang dapat menjadi kader ulama ataupun guru agama.
Demikian diungkap Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag Ahmad Zayadi. "Santri itu yang saat ini jumlahnya sekitar 4 juta lebih itu, itu kan yang menjadi kader-kader ulama dan menjadi guru agama itu maksimal sekiar 10 persennya," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (22/1).
Karena itu, pihaknya perlu memikirkan masa depan 90 persen santri lainnya dengan cara mengembangkan life skill santri di pesantren. Dengan begitu, para santri juga dapat menjadi seorang wirausaha yang profesional dan berbagai macam profesi lainnya.
Menurut Zayadi, terkait dengan pengembangan life skill dan pendidikan vokasi di pesantren, pihaknya sudah bekerjasama dengan berbagai kementerian dan lemabaga, salah satunya dengan Kemenperin dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Hal ini dilakukan untuk pengembangan kawasan industri, penyiapan tenaga kerja lulusan pesantren, serta sinkronisasi kawasan industri dan kawasan religi.
"Kalau dengan Kemenperin dan BKPM itu kira-kira orientasinya dalam rangka mengembangkan dan singkronisasi kawasan industri dengan kawasan religi," ucapnya
Zayadi menuturkan, dalam melaksanakan program-program pesantren pihaknya selalu mengacu pada trilogi pengembangan pesantren, yaitu kemandirian, akuntabilitas, dan penjaminan mutu. "Kalau di kita sendiri ada sejumlah program-program pendampingan. Tentu sebelum eksis ada identifikasi, kira-kira potensi apa yang paling memungkinkan dikembangkan di pesantren," katanya.
"Ada delapan jenis keterampilan yang dikembangkan, ada pesantren bahari, ada pesantren maritim, pesantren agro bisnis, ada pesanten kehutanan, dan ada pesantren pertanian," imbuhnya.