Rabu 17 Jan 2018 16:00 WIB

Keterikatan Historis Muslim Georgia dengan Utsmaniyah

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Era Dinasti Ottoman.
Foto: Aksitarih.com
Era Dinasti Ottoman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, Muslim Georgia dipimpin oleh Dewan Muslim Kaukasus. Kepala Dewan Muslim dipimpin oleh Syekh ul Islam Allakhshukur Pashazade.

Sedangkan Muslim di Tbilisi dipimpin oleh Ali Aliyef, secara terpisah Adjara dipimpin oleh Jemal Paksadze sejak 2010.

Meskipun Georgia adalah negara Kristen, satu dari sepuluh warga Georgia adalah Muslim.

Islam beberapa bulan terakhir dike tahui telah menyentuh desa-desa etnis Chechnya dan Kist di Pankisi di Georgia sebelah barat laut.

Komunitas Muslim Adjara di Georgia Barat berjumlah 115 ribu orang atau 30 persen dari populasi di wilayah ini. Tidak seperti Azeris, Chechnya atau Kists, Adjara adalah Muslim etnis asli Georgia. Mereka tinggal di negara tempat Islam dimusuhi.

Komunitas Muslim di Georgia harus sering kali membuktikan kesetiaannya kepada negara Georgia. Islam pertama kali tiba di Adjara abad ke-16, di sebuah wilayah bekas Kekaisaran Ottoman.

Kemudian Adjara diserahkan kepada Rusia dan kembali bergabung menjadi wilayah Georgia pada 1878. Meskipun menjadi wilayah Georgia, penduduknya merasa terikat dengan Turki dan Islam sebagai kepercayaannya dan terkadang selalu bertentangan dengan orang Kristen Ortodoks Georgia dan Rusia.

Pada 1921, Perjanjian Kars antara Turki dan Rusia dibuat untuk melindungi Muslim Adjara.

Adjara merupakan dua entitas otonom di Soviet saat itu yang didirikan bukan berdasarkan etnis tidak beragama.

Soviet dikenal dengan ateismenya yang agre sif, sehingga menyingkirkan agama dari ranah publik, maka etnisitas menjadi pilar uta ma identitas Adjara. Saat kebangkitan aga ma pada 1990, Georgia memastikan Islam ti dak akan berpengaruh sebelum Soviet ber kua sa di sana.

Perlahan-lahan kekuasaan Ad jara dipindahkan ke Gereja Ortodoks di Georgia.

Sejak Soviet pecah pada 1991, Turki dan Iran melakukan upaya bersama untuk berdakwah di antara penduduk Muslim Geor gia. Iran membuka dua madrasah di Tbi lisi dan Marneuli serta tiga pusat kebudayaan termasuk al-Beitdi Tblisi.

Turki kemudian membiayai pembangunan madrasah di Meore Kesalo dan wilayah tenggara Georgia yang di dominasi penduduk Azerbaijan.

(Baca Dulu: Georgia Akui Eksistensi Komunitas Muslim)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement