REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di masa permulaan Islam, kaum Muslim Makkah bernasib sangat sengsara. Mayoritas pengikut risalah Nabi Muhammad SAW saat itu adalah kalangan miskin atau budak belian.
Penyiksaan terhadap mereka merupakan pemandangan yang sering disaksikan. Kaum musyrik Quraisy bagaikan pemburu yang memangsa orang- orang Islam agar kembali murtad.
Saat dakwah Nabi Muhammad SAW tidak lagi sembunyi-sembunyi, jumlah kaum Muslim di Makkah kian membesar. Adapun Shuhaib bin Sinan sudah mengenal sosok Muhammad sejak awal.
Ia termasuk yang mengagumi sifat al-Amin, baik sebe lum maupun sesudah kenabian.
Tidak mem butuhkan waktu lama, Shuhaib pun menyatakan dirinya masuk Islam di hadap?
an Rasulullah.
Karena itu, bayang-bayang penyiksaan juga menyasar Shuhaib bin Sinan. Buku Para Sahabat Nabi SAW karangan Dr Abdul Hamid as-Suhaibani menjelaskan bagaimana Shuhaib harus menanggung siksaan tak terperi.
Mujahid bin Jabr meriwayat kan, sekelompok musyrikin Quraisy me makaikan baju besi kepada sejumlah Muslim, termasuk Shuhaib bin Sinan. Kemudian, mereka memanggang Shuaib dan rekan-rekan Muslimnya di ba wah sengat terik matahari gurun pasir.
Namun, Shuhaib dan para pemeluk Islam itu tetap bersabar. Allah SWT menganugerahi me?
re ka dengan kekuatan dan ketabahan, sehingga berhasil melewati penyiksaan itu. Akhirnya, Allah SWT mewahyukan kepada Rasul-Nya agar berhijrah dari Makkah.
Sejumlah kaum Muslim telah lebih dahulu pergi ke Yatsrib (Madinah) atas arahan Ra sulullah.
Di sinilah timbul keinginan Shuhaib bin Sinan untuk menyertai Nabi Muhammad SAW.
Shuhaib bertekad ikut hijrah ke Madinah bagaimanapun caranya.
Namun, orang-orang Quraisy tidak membiarkan Shuhaib lolos. Beberapa pemuda Quraisy dengan menenteng senjata tajam berusaha menghalangi Shuhaib bin Sinan. Shuhaib terpaksa menunggu hingga malam tiba.
Saat pengawas an mulai melonggar, dia berusaha meloloskan diri dengan berjalan cepat tetapi penuh kewaspadaan. Namun, mendekati perbatasan Makkah, para pemuda Quraisy mulai dapat mengejar dan menangkap Shuhaib.
Dahulu, engkau datang ke Makkah dalam keadaan miskin dan hina. Lalu, setelah itu engkau berubah (menjadi terhormat), kata salah seorang pemuda yang membekap Shuhaib bin Sinan.
Nada bicaranya merendahkan Shuhaib.
Bagaimana menurut kalian bila saya menyerahkan seluruh harta milik saya kepada kalian? ujar Shuhaib bin Sinan dengan tenang.
Ia tahu, tawaran negosiasi ini amat menggiurkan bagi mereka yang tanpa cahaya iman dalam dadanya. Apakah dengan demikian kalian mau membiarkan saya pergi? tanya Shuhaib lagi.
Ya, jawab para pemuda Quraisy itu ham pir serempak. Maka pergilah Shuhaib bin Sinan meng ikuti Rasulullah dan umat Islam lainnya hijrah ke Madinah. Alih-alih berat, Shuhaib justru bergembira meskipun telah kehilangan semua harta yang diperolehnya dari hasil niaga di Makkah.
Baginya, perjuangan di sisi Rasulullah dan hidup dalam jalan-Nya lebih utama. Dermawan Semasa di Madinah, Nabi Muhammad mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dengan Anshar.
Adapun Shuhaib bin Sinan dipersaudarakan dengan al-Harits bin ash- Shimmah.
Suatu kali, Shuhaib bin Sinan menceritakan kepada Rasulullah bagaimana dirinya bisa lolos hingga sampai ke Madinah. Setelah mendengarkan penuturan Shu?
haib, Rasulullah berkata, Shuhaib beruntung..Shuhaib beruntung. Hal ini meng gembirakan hati Shuhaib dan semakin meningkatkan semangatnya berjuang di bawah panji Islam.
Jihad menjadi salah satu bukti kepatuhan Shuhaib bin Sinan terhadap ajaran Islam.
Dengan rasa syukur, Shuhaib bin Sinan mengenang masa-masa berjihad:
Tidaklah Rasulullah SAW melaksanakan sebuah peperangan, melainkan saya ikut serta di dalamnya.
Beliau tidak sekali pun mengadakan baiat, melainkan saya ikut menghadirinya. Beliau tidak sekalipun mengutus sekelompok pasukan, melainkan saya ikut di dalamnya.
Beliau tidak sekalipun berperang dari sejak pertama sampai akhirnya, melainkan saya terus berada di samping kanan atau kirinya selama peperangan itu berlangsung.
Selain berjuang di medan laga, Shuhaib bin Sinan juga termasuk kalangan Muhajirin yang sukses di Madinah. Meskipun harta bendanya telah ludes ke tangan kaum musyrik Quraisy, Shuhaib berhasil menjalin relasi perniagaan di Madinah.
Sebab, jaringan bisnisnya sudah mencakup Romawi dan Persia. Dengan kekayaannya, Shuhaib gemar bersedekah kepada orang-orang miskin di Madinah.
Abu Nu'aim menjelaskan sosok Shu haib bin Sinan sebagai, Seorang Muhajirin pendahulu, selalu mengorbankan harta benda dan jiwa raganya, selalu menu nai kan diat bagi keluarganya, dan selalu ber munajat kepada Tuhannya.
(Baca: Mengenal Shuhaib, Sahabat Dekat Umar bin Khattab)