Senin 15 Jan 2018 08:53 WIB

PPPA Daarul Quran-Paytren Resmikan Jembatan Parung Panjang

Peresmian Jembatan Parung Panjang
Foto: ROL/Irwan Kelana
Peresmian Jembatan Parung Panjang

REPUBLIKA.CO.ID, PARUNG PANJANG, Program Pembibitan Penghafal Alquran (PPPA) Daarul Qur’an bersama Paytren meresmikan Jembatan Kehidupan yang menghubungkan dua provinsi yakni Banten dan Jawa Barat pada Ahad (14/1). Jembatan sepanjang 35 meter ini menghungkan Kampung Bojong Bitung, Ciangir, Legok, Tangerang, Banten dengan Desa Jagabita, Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat.

Acara peresmian dihadiri Pimpinan Pesantran Daarul Qur’an Ustadz Ahmad Jameel, jajaran direksi PPPA Daarul Qur’an di antaranya Direktur Utama Muhammad Anwar Sani, Dewan Syariah Ustadz Ahmad Kosasih, Direktur Eksekutif Tarmizi Ashidiq. Hadir pula Oke Dany Ferdian Direktur Paytren TV, tokoh masyarakat dan ratusan warga Jagabita dan Ciangir, Legok.   

Direktur Eksekutif PPPA Darul Qur’an, Tarmizi As Shiddiq mengatakan pembangunan Jembatan Kehidupan berlangsung selama empat bulan dan menggelontorkan dana sekitar Rp 500 juta. ‘’Peletakan batu pertama pembangunan pada Agustus 2017 selesai Januari 2018,’’ kata Tarmizi.

Ia melanjutkan, proses pembangunan jembatan seluruhnya diserahkan kepada warga di kedua desa yang dipisahkan Sungai Cimanceuri. ‘’Pola kerjanya bergotong royong dengan masyarakat, kita serahkan ke masyarakat. Jadi, masyarakat yang bangun,’’ jelasnya. 

Lebih lanjut Tarmizi mengatakan, filosofi Jembatan Kehidupan kalau diibaratkan adalah Alquran Surat Ar Rahman (kasih sayang). ‘’Kalau kita mengambil dari Alquran surat Ar-Rahman. Jadi kasih sayang buat masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai bahwa jembatan adalah pusat kehidupan. Karena di jembatan ini berguna untuk aktivitas pendidikan dan kegiatan ekonomi,’’ ujarnya. 

‘’Masyarakat kalau mau dagang lewat jembatan, mau sekolah pasti lewat jembatan, mau berangkat kerja lewat jembatan. Jembatan ini menjadi urat nadi kehidupan Jadi semua aktivitas masyarakat lewat jembatan. Andai jembatan ini tidak ada maka hubungan muamalah masyarakat tidak lancar,’’ papar Tarmizi.

Tarmizi mengatakan targetnya lembaga yang dikelolanya akan membangun 100 jembatan kehidupan. ‘’Tahun 2018, insya Allah akan membangun empat jembatan. Kalau yang di Jagabita dari sedekah harian Paytren yang besarnya Rp 2,000 per hari jadi satu jembatan ini menelan biaya sekitar Rp 500 juta. Bersama Paytren ini jembatan yang kedua,’’ tandasnya.

Rampungnya jembatan yang menghubungkan dua desa ini dirasakan sekali manfaatnya. Sukiman (55 tahun) misalnya. Warga Desa Jagabita, Kecamatan Parung Panjang, merasa bersyukur dengan kehadiran jembatan yang kokoh yang sudah puluhan tahun diimpikannya.

‘’Alhamdulillah sangat senang sekali, sangat bahagia, bersyukur. Kalau dulu setiap tahun jembatan kita ganti bersama masyarakat. Kalau jembatan ini kekuatannya puluhan tahun. Ini menyambung dua kabupaten, dua desa, dua kecamatan, bahkan antara provinsi Jawa Barat dengan Banten,’’ ujarnya. 

Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) jagabita ini merasa lebih nyaman dan aman setelah jembatan ini diresmikan. ‘’Yang dirasakan saya dan masyarakat lebih enak, lebih nyaman, tidak takut jatuh ke sungai dan tidak takut roboh,’’ katanya.

Hal senada dirasakan Martajudin (40 tahun), warga Kampung Bojong Bitung RT 02/05, Kelurahan Ciangir, Kecamatan Legok, Tengerang, Banten. ‘’Saya senang banget lah, soalnya setiap tahun jembatan bambu selalu diganti, apalagi ketika musim hujan cepat sekali rusak. Saya merasa senang sekali pokoknya enak lah sekarang apalagi sudah kelihatan jembatan seperti ini, kokoh,’’ ujar guru ngaji yang memiliki dua anak ini.   

Sementara itu, Direktur Utama PPPA Daarul Qur’an Muhammad Anwar Sani menceritakan awalnya informasi keberadaan jembatan bambu di desa Jagabita ini dari mitra Paytren. ‘’Jembatan ini informasi awalnya adalah dari Mitra Paytren, kemudian dilaporkan ke PPPA, atas izin Allah setelah diskusi, kita putuskan segera disurvey kemudian ditentukan dan insya Allah akan kita bangun jembatan di sini,’’ katanya. 

Ia menegaskan bahwa lembaga yang dipimpinya hanya sebagai jembatan juga dari para donator kepada siapapun yang akan menerima manfaat. ‘’Saya yakin doanya warga semuanya inilah yang didengar Allah SWT yang kemudian menggerakkan teman-teman Paytren dan PPPA Darul Quran hadir di sini,’’ ujarnya.

 PPPA Darul Quran, sambung Sani, sapaan akrabnya punya impian dan harapan. ‘’Apa yang menjadi impian Darul Quran untuk Indonesia bahkan dunia. Kita menyadari keilmuan kita untuk menggerakkan sektor ekonomi, mengangkat harkat dan martabat ekonomi masyarakat, kami sangat lemah. Tapi Allah menghadirkan Darul Quran berjuang untuk Alquran. Apa yang dilakukan? Salah satunya membangun jembatan.’’

‘’Apa urusannya jembatan sama Alquran? Kalau kita bangun jembatan maka proses mengajinya anak-anak, proses belajarnya anak-anak, proses pengajiannya warga insya Allah akan jadi mudah. Ini bagian dari ikhtiar yang dilakukan Daarul Quran,’’ tandas Sani. []

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement