REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Program pemberdayaan menjadi salah satu fokus kerja jajaran Dompet Dhuafa Yogyakarta. Tercatat, sebanyak 6.601 kepala keluarga (KK) atau 26.027 jiwa telah menerima bantuan dari Dompet Dhuafa Yogyakarta.
Total bantuan tersebut senilai Rp 2,9 miliar. "Adapun bantuan diwujudkan dalam berbagai program-program pemberdayaan yang diharapkan mampu mengurangi angka kemiskinan di wilayah DI Yogyakarta dan sekitarnya," kata Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Yogyakarta, Andriansyah, dalam siaran pers, Kamis (11/1).
Ia menegaskan, pemenuhan hak dasar warga negara sejatinya menjadi konsentrasi program Dompet Dhuafa. Beasiswa pendidikan, pendampingan sekolah dan guru, sangar belajar rakyat, misalnya, menjadi konsentrasi program bidang pendidikan.
Kemudian untuk bidang kesehatan, pihaknya menyediakan layanan klinik gratis dan pos sehat untuk keluarga binaan, pendampingan masyarakat dengan penyakit terminal, advokasi layanan kesehatan, serta aksi layan sehat.
Sementara beberapa program unggulan pemberdayaan ekonomi yang menjadi daya ungkit kesejahteraan binaan Dompet Dhuafa di antaranya pemberdayaan kampung ternak di Gunungkidul dan Kulonprogo, sentra sapi perah Merapi Sleman, sentra batik tulis di Imogiri Bantul, dan program keterampilan wirausaha
Dalam mekanisme pemberdayaan yang dilakukan Dompet Dhuafa, ia menuturkan, mitra binaan diajak untuk mengoptimalkan potensi diri dan wilayah yang ada di sekitarnya. "Sehingga program-program yang dilakukan juga mendukung pemerataan kesejahteraan di desa-desa," ujarnya.
Menurut Ardiansyah, indikator berdaya yang diterapkan adalah minimal penghasilan mitra binaan mampu mencapai 150 persen UMK di wilayah setempat. Untuk target ideal, Dompet Dhuafa mengharapkan adanya perubahan pola piker dan kesejahteraan dengan tagline 'Mustahik Move to Muzakki', yang berarti dari awal menjadi penerima manfaat bantuan menjadi terlibat dalam gerakan bersama Dompet Dhuafa mengentaaskan kemiskinan.
Lebih lanjut dikatakan, DIY adalah wilayah yang unik, meskipun tingkat kebahagiaan tertinggi di Jawa, tapi pada kenyataannya DIY juga masih menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi juga di Jawa.
Tercatat, tingkat kemiskinan di wilayah ini mencapai 12,36 persen di akhir 2017, turun enam persen dari 2016. Namun pihaknya tetap optimistis, melalui dana ZISWAF dapat terus menurunkan kemiskinan di DIY. "Karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan BAZNAS, dana zakat dapat menurunkan kemiskinan sebesar enam persen di 13 kabupaten di Indonesia."
Andriansyah menambahkan usaha yang dilakukan Dompet Dhuafa ini tidak terlepas dari semakin meningkatnya kesadaran masyarakat Yogyakarta dalam berbagi menunaikan zakat, infak, dan sedekahnya. Selain juga meningkatnya kepercayaan masyrakat terhadap Lembaga Amil Zakat seperti Dompet Dhuafa.
Pada 2017, ia mengungkapkan, tercatat dari 8.682 transaksi donasi yang dilakukan 4.540 donatur Dompet Dhuafa Yogyakarta menghimpun Rp 4,6 miliar atau tumbuh 21 persen dari periode 2016.
Sedangkan untuk 2018, Dompet Dhuafa memfokuskan pada program Social Development yang lebih merata di seluruh kabupaten/kota di DIY. Untuk itu, Andri berharap di 2018, Dompet Dhuafa Yogyakarta mampu mengemban amanah donator lebih baik lagi dengan menargetkan pertumbuhan 100 persen dari perolehan sekarang, atau perolehan Rp 9,2 miliar di 2018.