Selasa 09 Jan 2018 14:52 WIB

Buta Aksara Alquran Masih Tinggi

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Membaca Alquran. Ilustrasi
Foto: Reuters
Membaca Alquran. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta, Prof Nazaruddin Umar menilai masyarakat yang buta aksara Alquran masih tinggi di Indonesia, terutama di daerah-daerah pelosok. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 menyebutkan ada sekitar 54 persen dari total populasi umat Islam di Indonesia yang tidak bisa membaca Alquran.

Sementara, berdasarkan riset Institut Ilmu Alquran, sekitar 65 persen masyarakat Indonesia masih buta aksara Alquran. Menurut Nazaruddin, data survei terakhir juga menunjukkan banyaknya masyarakat yang buta alsara Alquran, namun ia lupa angkanya.

"Masih banyak yang buta aksara Alquran, di pedesaan-pedesaan, di pulau-pukau terpencil. Kalau di kota insyaAllah sudah," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/1).

Ia menuturkan, salah satu penyebab masih banyaknya masyarakat buta aksara Alquran karena mushaf yang diproduksi oleh pemerintah masih kurang. Sementara, mushaf Alquran yang diproduksi sebelumnya sudah mulai rusak. "Alquran kita belum cukup, kebutuhan Alquran Rp 2 juta per tahun, produksi kita hanya Rp 300 ribu per tahun. Jadi kita masih butuh mushaf Alquran," ucapnya.

Selain itu, menurut dia, tingginya angka buta aksara Alquran juga dikarenakan kurangnya guru mengaji, khususnya di daerah. Karena itu, menurut dia, Kemenag perlu mengirimkan para penghafal Alquran ke daerah. "Perlu mengirim guru hafidz atau guru ngaji ke daerah-daerah. Karena guru-guru ngaji di kampung sudah meninggal sebagian," katanya.

Apalagi, tambah dia, saat ini guru mengaji di daerah banyak yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan ataupun untuk menempuh studi. Karena, masyarakat pedesaan tidak sanggup untuk membiayai guru mengaji tersebut.

"Ada urbanisasi guru ngaji mengancam, sehingga terjadinya buta guruf Alquran. Karena guru ngaji itu kan juga perlu sekolah , sementara masyarakat pedesaan tidak sanggup. Jadi urbanisasi guru mengaji perlu diantisipasi juga," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement