Selasa 09 Jan 2018 06:21 WIB

PPPA Daarul Quran, Sebuah Inspirasi

 Rukhsar Asif (Nuri) Project Coordinator in HOFOR, Copenhagen – Pangea International Leader Leader in Europe-Union Erasmusplus Projects
Foto: Dok. PPPA Daarul Quran
Rukhsar Asif (Nuri) Project Coordinator in HOFOR, Copenhagen – Pangea International Leader Leader in Europe-Union Erasmusplus Projects

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Tetiba, saya berkenalan dengan sekelompok orang mengagumkan. Mereka yang mengubah hidup banyak orang. Saya berpikir, inilah pahlawan yang nyata di dunia ini. Yang kemudian bisa saya doakan untuk saat ini, “Ya Allah, jadikanlah saya pahlawan yang nyata seperti mereka, dan menyucikan jiwa dengan izin dan ampunanMu”.

Semua itu dimulai saat saya melakukan pencarian tentang pergerakan dakwah, karena saya ingin membuat sebuah proyek tentang kegiatan dakwah di Indonesia. Hal ini saya lakukan karena latar belakang saya sebagai seorang muslimah yang tinggal di Denmark, sebuah negara non-Muslim di Eropa bagian utara.

Kaum Muslim di sini senantiasa dikelilingi fitnah dan pengaruh budaya barat. Karenanya, saya memiliki tujuan hidup untuk melakukan dakwah setiap harinya untuk menginspirasi mereka yang berada di negara ini agar mereka memahami bahwa ada kekuatan yang amat besar yang berasal dari pencipta kita, yaitu Allah.

Bagaimanapun, ini bukanlah pekerjaan mudah dan banyak sekali orang yang membutuhkan dakwah. Karena inilah saya mencari inspirasi dan pengetahuan tentang cara berdakwah. Pencarian inilah yang kemudian membawa saya kepada PPPA Daarul Qur’an.

Saya menghabiskan waktu sekitar dua bulan untuk bertanya kepada banyak orang tentang bagaimana saya bisa bergabung dalam kegiatan dakwah, dan saya juga bergabung dalam organisasi-organisasi yang berbeda. Namun ketika saya menemukan PPPA Daarul Qur’an, saya langsung tahu bahwa inilah jawabannya.

Semuanya dimulai ketika saya bertemu dengan Isna (Peserta BTQ regional Yogyakarta) melalui seorang teman yang merekomendasikan saya untuk mencoba dan melihat sendiri kegiatan dakwah yang berlangsung di Universitas Gajah Mada yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebuah kota besar yang berada di pulau Jawa, Indonesia.

Di sana, saya menemui Isna, dan Subhanallah, saya mendapatkan perasaan damai di hati saya. Dari sanalah saya tahu bahwa orang ini adalah yang akan membawa saya pada “harta karun” dakwah.

Saya mulai mengikuti pekerjaannya dan menemui banyak orang yang mengagumkan dan menginspirasi serta tentunya membuat perbedaan bagi sesama. Dengan cepat, saya menjalani banyak “petualangan” bersama tim PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta, dan dengan cepat pula mereka menjadi seperti keluarga sendiri.

Kesopanan, keramahan dan semangat yang mereka tunjukkan adalah inspirasi. Dari awal, mereka telah menunjukkan ketertarikan pada proyek yang saya jalankan, dan saya merasakan keberkahan karena diterima dengan tangan terbuka. Setelah pertemuan pertama, tanpa menunggu lama, mereka menghubungi saya lagi untuk langsung bepergian, dan dari situlah petualangan kami dimulai.

Setiap kali saya bepergian bersama mereka, saya berdecak kagum tentang hal-hal mengagumkan yang mereka perbuat.

Sebagai contoh, dalam salah satu perjalanan kami mengunjungi Ustadz Sugiharto, seorang ahli agama yang kurang beruntung dalam hal ekonomi, yang mengalami kecelakaan, namun tidak mendapatkan bantuan layak. Ia telah berbaring di tempat tidur selama kurang lebih 16 tahun dan tidak dapat bergerak akibat cedera di kakinya.

Maulana dari PPPA Daarul Qur’an kemudian membawa saya dan tim ke rumah Ustadz Sugiharto, sehingga kami dapat membawanya ke rumah sakit. Di sana, ia mendapatkan penanganan yang tepat untuk kakinya. Melihat seseorang seperti Ustaz Sugiharto yang telah mengalami kesulitan dan rasa sakit sejak lama tentu amat berat.

Namun, kejadian ini membuatnya patut dijadikan inspirasi karena selama terbaring sakit, ia masih mengajarkan Qur’an kepada anak-anak. Ia mendedikasikan hidupnya untuk Allah, yang mana kisah ini amatlah mengagumkan. Kisahnya mengingatkan saya pada kisah Nabi Ayyub As, karena Nabi Ayyub As. juga mengalami banyak penderitaan dalam hidupnya, sebelum Allah memberinya kemudahan setelah kesusahan itu.

Dalam kisah Ustaz Sugiharto ini, Allah mengirim PPPA Daarul Qur’an sebagai “malaikat” yang meringankan penderitaannya. Hal ini membuat saya menyadari bahwa banyak sekali orang di luar sana yang menderita dan membutuhkan pertolongan, dan saya ingin melakukan seperti yang dilakukan PPPA Daarul Qur’an agar saya dapat menolong banyak orang.

Mungkin kita tidak dapat menyelamatkan semua orang, tetapi kita dapat menyelamatkan sebanyak yang kita bisa, dan itulah yang dilakukan PPPA Daarul Qur’an. Mereka menunjukkan bahwa ketika kita mampu mengubah hidup seseorang, maka akan banyak hidup orang lain yang terpengaruh olehnya.

Sederhananya, menolong Ustaz Sugiharto akan memberinya kemampuan untuk menolong lebih banyak anak-anak di desa untuk mempelajari lebih jauh tentang Islam dan Al Qur’an. Anak-anak ini, Insha Allah, akan tumbuh menjadi pembelajar Islam dan juga pemimpin bagi ummat. Aamiin.

Saya juga amat beruntung dapat menyaksikan Kampung Qur’an di Rukem, Purworejo yang mereka bangun untuk menciptakan fondasi yang kuat dalam pembelajaran Islam. Hal ini membuat saya mengerti pentingnya ruang pubilk untuk kegiatan Islami, yaitu untuk menciptakan sebuah basis dakwah.

Saya juga menyaksikan dukungan dari PPPA Daarul Qur’an untuk tempat-tempat yang membutuhkan perbaikan setelah mengalami bencana seperti banjir di Gunung Kidul, dan saya juga bersama mereka ketika mereka menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan gratis untuk masyarakat di Kali Code, Yogyakarta.

Saya telah mengalami dan melihat sendiri dedikasi dari tim di balik kegiatan yang mengagumkan dari PPPA Daarul Qur’an. Mereka bekerja keras untuk membuat proyek dan siap membantu di mana pun dibutuhkan. Bantuan yang mereka berikan pun tidak bersifat insidentil, tetapi bersifat investasi bagi masyarakat yang memberikan dampak berkepanjangan.

Ketika kami mendiskusikan ide-ide sambil menyantap makan malam tentang bagaimana cara membantu masyarakat, Miftah dan Isna (keduanya peserta BTQ regional Yogyakarta), dengan cepat mengembangkan ide-ide dan langsung menyampaikannya kepada segenap tim PPPA Daarul Qur’an.

Hal ini membuktikan kepada saya bagaimana berdedikasinya mereka, dan betapa efektifnya pekerjaan mereka untuk kemanusiaan. PPPA Daarul Qur’an bergerak secara nyata. Mereka menunjukkan dakwah yang mereka lakukan melalui aksi nyata kemanusiaan. Mereka mengajarkan nilai-nilai dari Islam dengan cara menjadi nilai-nilai itu sendiri.

Hal ini menjadikan mereka sebagai pimpinan yang mengagumkan yang memberi kesadaran sekaligus kekuatan pada ummat. Saya telah melihat dan menyaksikan sendiri betapa banyaknya bibit-bibit yang telah ditanamkan oleh PPPA Daarul Qur’an yang kini mulai memberikan pengaruh bagi masyarakat. Mereka melakukan semua ini dengan senang hati sambil menciptakan suasana positif dalam tim, yang kemudian menjadikan tim ini amat menyenangkan.

Saya menyimpan rasa hormat yang mendalam terhadap PPPA Daarul Qur’an dan seluruh tim yang berada di belakangnya. Menjadi berkah tersendiri bagi saya untuk mengenal sosok-sosok seperti Maulana, Putri ( staf accounting PPPA Daarul Qur’an),  Isna, Miftah dan Yahya (BTQ untuk regional Yogyakarta). Tidak ada kata yang cukup untuk mengekspresikan rasa terima kasih dan penghargaan saya atas pekerjaan mereka.

Banyak orang yang bertanya-tanya kepada saya, mengapa saya memilih Indonesia pada saat saya bisa saja memilih negara lain di dunia untuk proyek ini. Jawaban yang saya berikan adalah karena saya menginginkan untuk mencoba hal yang berbeda, dan bagi saya, Indonesia terlihat seperti tanah petualangan Islami.

Lebih dari itu, negara ini terletak seperti di ujung dunia bagi saya. Saya tentu saja menemukan petualangan yang saya cari, dan bahkan lebih dari itu, saya menemukan sebuah keluarga, rumah dan sosok-sosok yang saya harapkan menjadi tetangga saya kelak di surga. Saya menemukan tempat yang berbahagia, dan saya menemukan pahlawan-pahlawan nyata yang memberi saya “kunci” yang selama ini saya cari-cari.

PPPA Daarul Qur’an telah meninggalkan memori tak terlupakan, dan tentunya motivasi yang akan selalu saya kenang dan saya terus bawa dalam buku perjalanan hidup, di mana Indonesia adalah sebuah babak yang menyenangkan dari buku itu. Di balik kota Yogyakarta, terdapat harta karun tersembunyi dari pengetahuan yang akan mengikuti dan menginspirasi saya seumur hidup.

Rukhsar Asif (Nuri)

Project Coordinator in HOFOR,

Copenhagen – Pangea International Leader

Leader in Europe-Union Erasmusplus Projects

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement