REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lobi Yahudi menemukan momentum menjelang usai Perang Dunia I melalui dominasi Inggris Raya. Chaim Azriel Weizmann, seorang ilmuwan Yahudi, berperan penting dalam menunjang industri militer Inggris Raya dan kemenangan negara itu dalam Perang Dunia I. Karena itu, pihak kerajaan ini merasa berutang budi kepadanya serta lobi Yahudi pada umumnya.
Suatu hari, Weizmann menyampaikan keinginan Organisasi Zionis Internasional yakni Palestina menjadi negara Yahudi. Ini merupakan dilema karena pada saat itu Palestina merupakan bagian dari Kerajaan Hejaz, salah satu sekutu Inggris Raya di Semenanjung Arab. Dalam Perang Dunia I, Hejaz mendukung Negeri Albion sehingga melemahkan dominasi Kesultanan Utsmaniyah di Asia Barat.
Setelah melalui pertimbangan, akhirnya pada 2 November 1917 menteri luar negeri Inggris Raya Arthur Balfour menulis surat kepada tokoh penting lobi Yahudi, Lord Rothschild. Isinya menegaskan dukungan Inggris Raya terhadap pendirian suatu negara Yahudi di Palestina.
Tangan Inggris semakin mencengkeram Asia Barat. Apalagi, dominasi Kesultanan Utsmaniyah semakin redup di sana setelah Gerakan Turki Muda mengambil alih ke kuasaan dari Sultan Abdul Hamid II mela lui pemberlakuan konstitusi baru pada 1908.
Para tokoh penting dari organisasi ini di ketahui dekat dengan Zionisme Internasional. Pada 9 Desember 1917, militer Inggris memasuki Yerusalem. Hingga tahun 1920, aliyah kedua semakin membanjiri Palestina dengan orang-orang Yahudi dari penjuru dunia. Sejak April 1920, Palestina menjadi negara protektorat di bawah kendali Inggris Raya.
Ketegangan semakin di depan mata.Kerusuhan di Jaffa pecah pada April 1920.Konflik ini dilatari perasaan tidak puas bangsa Arab terhadap dominasi Inggris Raya dan pendudukan Yahudi. Pada Mei 1921, Haganah dibentuk oleh pemimpin Yahudi. Kelak, organisasi semi-militer ini menjadi cikal bakal angkatan militer Israel.Pada 22 Mei 1945, Liga Arab terbentuk di Kairo, Mesir, untuk menegaskan kekuatan bangsa Arab terhadap Zionisme.
Sehari setelah deklarasi Israel digaungkan pada 14 Mei 1948, banyak negara Arab yang angkat senjata. Kemelut politik dan militer terus berlangsung hingga pecah Perang Enam Hari pada Juni 1967. Meskipun negara-negara Arab telah bersekutu, pada akhirnya kemenangan berpihak pada Israel. Sampai hari ini, penjajahan atas Palestina masih terjadi sebagai hasil dari pertempuran tersebut.