Senin 18 Dec 2017 20:53 WIB

Zikir Nasional Republika adalah Wasilah

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Andi Nur Aminah
Ustaz Wijayanto
Foto: str
Ustaz Wijayanto

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Setiap malam tahun baru, Republika rutin menggelar Zikir Nasional dan Tabligh Akbar. Hal itupun mendapat apresiasi positif dari Ustaz Wijayanto.

Ia mengatakan, kegiatan yang serentak digelar di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta itu merupakan momen yang dapat digunakan sebagai media dan wasilah. "Karena kegiatan bertepatan dengan hari libur nasional, maka kegiatan ini dapat memanfaatkan suasana liburan untuk mengumpulkan umat dalam sebuah kegiatan yang positif," ucapnya kepada Republika.co.id, Senin (18/12).

Ia pun juga menekankan agar menyikapi kegiatan tersebut jangan hanya dari tinjauan dari sisi syariat namun juga harus dilihat dari tinjauan budaya. Karena jika ditinjau dari sisi syariat, maka banyak hal yang menjadi tidak sesuai dengan syariat.

Maksudnya, memang dalam syariat tidak ada kegiatan perayaan tahun baru, apa lagi ini adalah tahun baru masehi, bukan tahun baru Islam. "Namun why not momen itu dimanfaatkan untuk kegiatan yang bermanfaar," kata dia.

Ia pun mengutip pernyataan Imam Ghazali yang mengatakan bahwa tingkat kebahagiaan sesoerang terdapat dalam tiga rongga. Pertama adalah rongga perut, kepala dan rongga dada.

Menurutnya, kebahagiaan yang berdasar pada pesta atau makan-makan adalah langkah membahagiakan diri pada tingkat yang paling rendah, yakni rongga perut. "Pesta atau hedonisme itu tingkat paling rendah. Ini harus ditingkatkan pada rongga kepala dan dada," ujarnya.

Kebahagiaan pada rongga kepala sendiri dapat dicapai denagn terus menuntut ilmu. Sedangkan kebahagiaan pada tingkat rongga dada dapat diisi dengan mengikuti kegiatan siraman rohani. "Oleh karena itu, saya mengapresiasi kegiatan yang rutin digelar oleh Republika setiap akhir tahun. Karena kegiatan ini adalah kegiatan yang mengisi rongga dada," kata dia.

Ia pun mendorong agar masyarakat juga melakukan refleksi di akhir tahun, karena menurutnya dalam konsep Islam, setiap akhir tahun maka usia bukan makin bertambah namun makin berkurang. Artinya, lanjut dia, semakin bertambahnya tahun saat tahun baru, maka kuota kehidupan seseorang menjadi kian berkurang.

Oleh karenanya, dalam hidup ini kita jangan hanya mengacu pada harta, tahta dan wanita namun juga harus menyadari tentang kuota. "Karena setiap pergantian tahun kuota kehidupan kita semakin menipis," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement