REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah dilakukan pemintalan, para pengrajin tekstil di era peradaban Islam melanjutkan menenun dengan melalui sejumlah tahap. Seperti, reeling (memindahkan benang dari kumputan), pengisian benang pakan, dan mempersiapkan benang lungsin pada perkakas tenun. Proses penenunan ini merupakan tahapan utama dalam industri tekstil.
Untuk melakukannya dibutuhkan perkakas tenun. Dalam proses ini prinsip dasarnya adalah mengayam seberkas filamen atau benang (dikenal dengan lungsin, length-wise warp, kadang disebut juga benang lusi), dengan berkas lain (pakan, cross-wife weft). Perkakas tenun menahan ujung-ujung benang lungsin yang membujur, sementara benang pakan yang melintang menyelusup diantaranya.
"Perkakas tenun merupakan salah satu prestasi tunggal terbesar dalam sejarah peradaban, meskipun bukan penemuan tunggal melainkan hasil dari serangkaian kontribusi dan pengembangan," ungkap Al-Hassan. Sebagian besar sejarahan teknologi masih mempermasalahkan hal tersebut.
Mereka masih mendiskusikan asal muasal alat tersebut. Saat ini berkembang beragam versi soal asal muasal perkakas tenun. Ada yang menyebut dari Suriah, Timur Dekat atau dari Cina. Menurut dia, di masa Islam, perkakas-perkakas tenun itu dikembangkan lebih canggih lagi. Hal itu bisa dilihat dari peningkatan kualitas dan ragam tekstil Muslim. Bahkan umat Muslim saat itu menambahkan pedal untuk menaikkan dan menurunkan benang lungsin. Hal itu dicatat penyair Al-Rusafi (wafat 573 H/1177 M).
Peradaban islam juga sudah menguasai perkakas tenun horizontal. Jika salah satu pedalnya ditekan, kumparan dilontarkan dari satu tanan ke tangan lainya melalui sela atau 'bukaan' di antara benang-benang lungsin, dan barang tenun lalu ditimpa dengan sisir benang (reed, alat seperti sisir yang memisahkan benang-benang hingga rata).
Tahap Akhir (Finishing)
Setelah proses penenunan, dilakukan tahap akhir untuk memastikan barang tekstil siap untuk dipasarkan. Dalam proses ini juga dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, kain tenun diperiksa secara teliti, dan kain yang kelebihan bahan pun dibuang. Setelah itu, kain wol ditekan agar hasilnya lebih tebal (dengan mengempa atau menebalkan). Kemudian, dilakukan proses pencucian dan penggosokan.