REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan industri dalam peradaban Islam dipelopori dengan berkembangnya industri tekstil. Tekstil dipandang sebagai industri yang sangat penting bagi masyarakat Islam di era keemasan. Industri pun tekstil berkembang begitu pesat di dunia Islam pada zaman kekhalifahan.
Bahkan, para sejarawan mengungkapkan, industri tekstil yang dihasilkan peradaban Muslim di zaman itu memiliki kualitas yang sangat tinggi. Pada masa itu, sebagian besar industri tekstil masih diatur oleh pemerintah. Berkembangnya industri tekstil dinilai telah mendorong bergeraknya roda perekonomi dunia Islam.
Para sejarawan mengungkapkan, pada masa Kekhilafahan Turki Usmani, terjadi investasi besar-besara di sektor industri tekstil (wol, linen, katun dan sutera). Tekstil pun industri primadona saat itu. Jauh sebelum itu, pada abad ke-12 M, industri tekstil telah berkembang pesat di wilayah Andalusia, terutama sentra produksi wol dan sutera Islam.
Bahkan menurut catatan sejarawan Arab, di Spanyol Islam terdapat 800 pabrik tenun. Maka tidaklah mengherankan jika era Kekhilafahan Islam kerap dijuluki sebagai ’peradaban tekstil.’ Bisa dibayangkan, betapa besar investasi dan perputaran ekonomi berjalan. Dan hebatnya pada masa itu saat dunia Barat belum mengenal cara membuat katun dan sutera.
Berkat kualitas dan keunggulannya, industri tekstil umat Islam ini ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap Barat. Hal itu dibuktikan banyaknya kata-kata Arab dan Islam untuk tekstil ditemukan dalam bahasa-bahasa Eropa, seperti damask, muslin, mohair, sarsanet, tafffeta, dan tabby.
Berkembangnya industri tekstil di dunia Islam ternyata ditopang oleh peralatan dan teknologi yang maju. Saat itu, peradaban Islam telah menguasai beragam peralatan yang digunakan industri tekstil, seperti alat pemintal, alat tenun, dan teknologi yang digunakan pada tahap akhir pembuatan tekstil.