Senin 11 Dec 2017 04:27 WIB

'Karena Hartaku Banyak, Aku Terhenti untuk Dihisab'

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Unta-unta yang akan dijual sebagai hewan kurban di Karachi, Pakistan, Rabu (23/8).
Foto: Rehan Khan/EPA
Unta-unta yang akan dijual sebagai hewan kurban di Karachi, Pakistan, Rabu (23/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa kekayaan itu bagaikan pisau bermata dua. Sebab, kekayaan dapat menggoda manusia untuk terus tenggelam dalam kesenangan duniawi. Namun, apabila bertakwa kepada Allah SWT dan menunaikan zakat serta berbuat kebajikan dan Allah SWT melindungi dirinya dari kekikiran, niscaya orang kaya akan memperoleh pahala yanng sangat besar di hari kiamat kelak.

Dikutip dari Ensiklopedia Aquran, Abdullah bin Abi Aufa ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bercerita kepada sejumlah sahabatnya, “Semalam aku bermimpi melihat tempat–tempat kalian di surga.” Rasulullah SAW lalu menceritakan apa saja yang dilihat dalam mimpinya. Ia melihat tempat Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Thalib.

Kemudian Rasulullah SAW memandang Abdurrahman bin Auf dan berkata, “Sungguh (aku melihat dalam mimpiku) engkau tertinggal dari rombongan para sahabatku, sehingga aku khawatir engkau tertimpa bencana. Maka aku bertanya padamu, ‘Apa yang membuatmu terlambat?’ Saat itu, engkau menjawab, ‘Wahai Rasulullah SAW, karena hartaku yang banyak. Aku terhenti untuk dihisab. Aku ditanya mengenai hartaku, dari mana kuperoleh dan untuk apa kunafkahkan?’”

Mendengar itu, Abdurrahman bin Auf kontan menangis tersedu-sedu dan berkata, “Wahai Rasulullah, malam ini datang kepadaku seratus ekor unta yang membawa barang dagangan. Aku menjadikan Anda sebagai saksinya bahwa aku akan menyedekahkannya kepada kaum fakir dan anak yatim Madinah. Mudah-mudahan Allah SWT meringankan diriku di hari tersebut (hari kiamat).”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement