REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Dalam rangka berpartisipasi mewujudkan kenyamanan investasi di Aceh, seratusan ulama dari Persatuan Dayah Inshafuddin menggelar rapat kerja dengan tema ‘Peran ulama dalam menciptakan kenyamanan investasi di Aceh’. Rapat kerja yang berlangsung di Hotel Keumala Banda Aceh ini berlangsung dua hari, Ahad-Senin (3-4 Desember 2017).
Para ulama yang mengikuti rapat kerja (raker) ini merupakan para ulama pimpinan pesantren di seluruh kabupaten/Kota di Aceh, ditambah dengan pengurus besar Persatuan Dayah Inshafuddin. Sementara itu para pemateri yaitu Kolonel Azwar Usman, SH dari Pangdam Iskandar Muda yang berbicara tentang peran ulama, dayah dalam mengatasi radikalisme terhadap kenyamanan investasi di Aceh, Tgk H Nuruzzahri Yahya yang berbicara tentang peran ulama dalam pengembangan ekonomi umat, Dr Bustami Usman yang berbicara tentang peran dayah dalam mendidik keterampilan ummat di bidang ekonomi, serta sejumlah pemateri lainnya.
Ketua panitia rapat kerja ulama Inshafuddin, Tgk Abdullah Usman dalam sambutannya mengatakan, acara rapat kerja ini merupakan amanat Mubes Inshafuddin tahun 2014 yang mengamanatkan bahwa setiap setahun atau dua tahun sekali harus selenggarakan raker untuk evaluasi kegiatan yang sudah atau akan dikerjakan.
Tgk Abdullah Usman menambahkan, selain para ulama dari daerah dan pengurus, raker yang dihadiri seratusan peserta ini juga dihadiri oleh pendidiri organisasi Inshafuddin, yaitu Abi Daud Zamzami. Abdullah Usman mengatakan, melalui raker tersebut diharapkan lahir gagasan-gagasan yang akan diserahkan ke pemerintah sehingga pemerintah dapat melakukan sebuah formula pengembangan ekonomi umat, termasuk kenyamanan investasi.
“Kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran, sedangkan kekufuran mendekatkan kepada kekafiran. Maka sangat patut para ulama Inshafuddin mengambil peran dalam penguatan ekonomi di Aceh, “ ujar Tgk Abdullah Usman dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (4/12).
Ketua Pengurus Besar Persatuan Dayah Inshafuddin, Drs Tgk H Daud Hasbi MAg juga menyeru para ulama khususnya yang tergabung dalam organisasi Inshafuddin untuk menjalankan perannya sebagai pengayom umat dalam berbagai persoalan.
Dr Bustami Usman dalam paparan materinya antara lain menawarkan gagasan pendirian “Dayah Mart” bagi kalangan dayah. Nantinya Dayah Mart ini diharapkan akan berguna untuk peningkatan ekonomi komunitas dayah, selain juga untuk memperkuat ekonomi umat.
“Dayah memiliki keunggulan sumber daya manusia, yaitu ulama dan para santri yang jumlahnya dapat mencapai puluhan bahkan ribuan. Kepemilikan lahan, rata-rata setiap pesantren mempunyai kepemilikan lahan, “ ujar Bustami.
Bustami juga mengatakan, dayah sebagai lembaga yang hidup di tengah masyarakat mempunyai peran yang sangat penting, baik yang terkait dengan persoalan keagamaan (moral force) maupun yang terkait dengan sosial kemasyarakatan.
Untuk itu, kata Bustami, dayah perlu mempersiapkan para santri dengan memberikan bekal keahlian-keahlian tertentu, seperti pertanian, cara berdagang, bengkel dan lain sebagainya sehingga ketika mereka keluar dari pesantren mempunyai bekal untuk bekerja.
Selain itu, tambah Bustami, diharapkan juga, dayah dapat menanamkan jiwa wirausaha pada santri, dengan memberikan wawasan kepada mereka sejak dini bahwa bekerja merupakan perintah agama. “Karena mencari nafkah untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga merupakan bagian yang tak terpisah dari ajaran agama,” ujar Bustami.
Hal senada disampaikan Tgk H Nuruzzahri yang akrab disapa Waled Nu. Menurut dia, di antara kewajiban para ulama berkaitan dengan pengembangan ekonomi umat ini adalah memberikan kesadaran kepada orang kaya untuk membantu masyarakat miskin, membayar zakat, memberikan modal usaha dan membuka lapangan kerja untuk pengangguran.