REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Muhammad Sulton Fatoni menyoroti hasil penelitian Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama yang disiarkan ke media massa. Hasil penelitian itu menempatkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Sirodj sebagai tokoh Islam paling kontroversial.
Menurut Sulton, meskipun hasil penelitiannya tersebut dianggap objektif, bukan berarti tanpa ada motif tertentu. "Meskipun Amsal Bakhtiar sebagai Kapuslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag mengaku hasil risetnya obyektif, siapa yang percaya hasil kinerja dia yang menarget NU itu tanpa motif?," ujar Sulton kepada Republika.co.id, Sabtu (2/12).
Sulton menuturkan, PBNU memang tengah menjadi sasaran tunggal serangan kelompok intoleran sejak memilih bersikap terang-terangan mengawal Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Problem Wahabisme, HTI, radikalisme yang sedang membelit anak bangsa dihadapi sendirian oleh ormas Islam terbesar di Indonesia ini.
"Amsal itu terindikasikan bagian dari propaganda kelompok tertentu yang memojokkan NU pasca disahkannya Perppu tentang Ormas, pembubaran HTI dan perubahan sikap Kerajaan Saudi Arabia yang saat ini mengajak NU menyebarkan Islam moderat." ucap Sulton.
Menurut Sulton, PBNU sedang mengkaji langkah Amsal Bakhtiar yang dianggap sedang menyasar NU tersebut. Termasuk menyiapkan kemungkinan langkah hukum jika ternyata ditemukan pelanggaran hukum. "Era kini tak ada yang bisa disembunyikan, termasuk motif sebuah riset, dan Amsal patut dicurigai sebagai pejabat yang menyalahgunakan kewenangannya motif pribadi atau kelompoknya," Kata Sulton.
Sebelumnya diberitakan, Kapuslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag, Amsal Bakhtiar mengatakan, munculnya Kiai Said sebagai tokoh Islam paling kontroversial merupakan hasil penelitian yang objektif. Menurutnya, penelitiannya melakukan sampel terhadap 1.031 dengan subjek penelitian terdiri dari penyuluh, penghulu, guru madrasah, guru pendidikan keagamaan, guru agamaIslam di sekolah, dan dosen agama di 28 kabupaten dan kota yang tersebar di 14provinsi seluruh Indonesia.
"Mereka (responden) menulis enam tokoh kontroversial dalam menyampaikan ajaran Islam," ujar Amsal, usai pemaparan hasil penelitian tentangperanan media massa dan media sosial dalam pembelajaran agama dan keagamaan Islam, di Hotel Cemara, Jakarta, Kamis (30/11) lalu.