Rabu 01 Nov 2017 11:45 WIB

Perang Semasa Rasulullah

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agus Yulianto
Lokasi Perang Badar (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Lokasi Perang Badar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah mulai diizinkan berperang pada 12 Safar tahun ke-2 Hijriyah. Tigabelas tahun lamanya Nabi telah menyeru kaum kafir Quraisy supaya membuang berhala dan menyembah Allah Yang Maha Esa, tanpa melakukan peperangan. Segala provokasi dan ancaman kaum Quraisy dihadapi Rasulullah dengan sabar. Namun, kaum Quraisy Makkah semakin menjadi-jadi, mempersulit dan menindas kaum Muslimin.

Pengusiran, penyiksaan hingga perampasan harta benda dialami kaum Muslimin. Hingga tidak ada jalan lain bagi kaum Muslimin kecuali harus lari berhijrah atau menggunakan senjata untuk membela diri. Karena kondisi keterdesakan itu, telah berubah menjadi soal hidup atau mati. Setelah Nabi berhijrah ke Madinah dan para pengikutnya terus bertambah, kaum Anshar pun siap menolong kaum Muhajirin mengambil kembali hak mereka yang dirampas Quraisy di Makkah.

Disisi lain kaum musyrikin tidak berhenti memusuhi kaum Muslimin. Atas izin Allah, Nabi dan kaum Muslimin akhirnya diizinkan harus berperang. Setelah Hijrah, awal Rasulullah di Madinah terjadi beberapa konfrontasi kecil antara kaum Muslimin dengan kaum Quraisy. Kaum Muslimin menyerang kafilah dagang Quraisy untuk mencari keadilan, mengambil kembali harta Muslimin di Makkah yang dirampas, saat berhijrah ke Madinah.

Pertempuran kecil

Di antara pertempuran kecil itu, terjadi bulan ke 7 setelah Hijrah 623 Masehi. Paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib mencegat kafilah dagang Abu Jahal yang pulang berdagang dari Syam. Namun, konfrontasi kecil ini tidak sampai terjadi pertumpahan darah. Karena diselesaikan dengan berdamai oleh Majdi bin Amr Al Juhaini. Saat itu Rasulullah tidak menyertai Hamzah.

Selanjutnya sebulan setelah itu, pada bulan Syawal, 60 orang Muhajirin dipimpin Ubaidah bin al Harits dengan bendera putih menyerbu rombongan Abu Sufyan di lembah Rabigh. Pertemuan kedua pihak ini, dari jauh disertai perang mulut dan lemparan panah, namun tak sampai terjadi pertumpahan darah. Kedua pasukan kemudian pulang dengan kondisi perseteruan semakin memuncak.

Pada bulan 9 setelah Hijrah, delegasi perang kaum Muslimin dipimpin Sa'ad bin Abu Waqqash, dengan 20 personil mencegat kembali kafilah Quraisy. Namun, delegasi ini juga tidak berperang, dan kembali ke Madinah karena kelompok kafilah Quraisy telah mendahului mereka. Pada bulan ke 12 setelah Hijrah, atau setahun masa Hijrah, Rasulullah akhirnya memimpin pertama kali di Perang Waddan atau Perang Abwa'.

Rasulullah berangkat bersama 60 personil kavaleri. Tujuannya mencegat kafilah Quraisy. Namun, Rasulullah tidak menemukan kafilah Quraisy tersebut. Nabi hanya bertemu kafilah Bani Dhamrah dan mengikat perjanjian dengan Bani Dhamrah. Kemudian, perang Buwath, terjadi pada 13 bulan setelah Hijrah. Rasulullah mempercayai Sa'ad bin Waqqash sebagai pembawa panji berwarna putih.

Kali ini Rasulullah berangkat bersama 200 orang personil, hingga sampailah mereka di Buwath. Tujuannya sama mencegat kafilah Quraisy dan mengambil rampasan perang. Kelompok Quraisy membawa 100 personal. Namun disayangkan, saat itu Rasulullah tidak sempat bertemu kafilah itu, dan akhirnya pertempuran pun tetap tidak terjadi.

Kemudian pada bulan yang sama di Rabiul Awal, Rasulullah juga keluar untuk mengejar seorang musyrikin, Kurz bin Jabir al Fihri. Kurz dianggap sengaja mencari masalah, dengan menyerang ternak-ternak warga Madinah dan menggiringnya ke wilayah al-Jama'. Rasulullah bersama pasukan di Madinah pun mengejarnya sampai di sebuah lembah bernama Safawan, masuk wilayah Badar. Pengerahan pasukan ke wilayah Badar ini, dikenal juga dengan Perang Badar pertama.

Perang Usyairah, terjadi pada bulan ke 16 setelah Hijrah. Rasulullah bersama sekitar 150 hingga 200 personil pasukan, menunggang 40 ekor unta mencegat kafilah Quraisy yang akan menuju Syam. Sampailah mereka di Usyairah, wilayah Bani Mudlij di Yanbu'. Penghadangan kafilah ini berhasil. Namun, nantinya penghadangan ini terdengar di telinga tokoh-tokoh di Makkah, sehingga mereka marah dan keluar bersama di Perang Badar.

Saat itu Rasulullah mengutus Abdullah bin Jahsy al Asadi bersama 12 personil pasukan mengintai ke sebuah perkebunan kurma milik tokoh Quraisy di Nakhlah. Bersamanya seorang pemanah, Waqid bin Abdullah at Tamimi. Tiba di perkebunan kurma, pasukan pun berpapasan dengan rombongan tokoh Quraisy, di antaranya Amr bin al Hadrami, Utsman bin al Mughirah, saudaranya Naufal al Mughirah dan Hakam bin Kaisan.

Bertemu dengan orang Quraisy, pasukan Muslimin memutuskan menyerang, dan akhirnya terjadilah peperangan pertama yang ditumpahkan darah pertama oleh kaum Muslimin. Panah pertama yang dilontarkan pasukan muslim di Usyairah menewaskan tokoh Quraisy. Dimana Waqid bin Abdullah at-Tamimi melepaskan anak panahnya dan mengenai Amr bin al-Hadrami hingga tewas. Melihat seorang diantaranya tewas, rombongan Quraisy berusaha kabur, namun terdesak hingga Utsman bin al Mughirah dan Hakam bin Kaisan berhasil ditawan. Sedangkan Naufal berhasil kabur dan mengabarkan hal ini ke tokoh Quraisy di Makkah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement