REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Syahruddin el-Fikri
Bulan Rabiul Awal, bagi sebagian umat Islam di Indonesia (khususnya), biasanya diselenggarakan berbagai macam kegiatan, terutama memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW atau hari kelahiran Rasulullah. Jumhur ulama menyepakati bahwa Rasulullah SAW lahir pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau bertepatan pada 20 April 571 Masehi.
Dalam sejumlah literatur disebutkan bahwa Maulid Nabi ini awalnya dilakukan salah seorang sahabat Rasulullah SAW, Salahuddin al-Ayyubi (Saladin). Tujuannya untuk membangkitkan semangat pasukannya dalam menghadapi kaum musyrikin pada Perang Salib yang dipimpin Sir Richard. Pada peringatan itu diceritakan tentang riwayat kehidupan Rasulullah SAW dan perjuangan beliau bersama para sahabatnya dalam memerangi kaum munafikin dan musyrikin.
Dalam perkembangannya, peringatan Maulid Nabi ini menyebar hingga ke Tanah Air kita yang tercinta ini. Bahkan, setiap bulan Rabiul Awal, berbagai pengajian diselenggarakan untuk memperingati kelahiran manusia mulia tersebut.
Bagi yang merayakan Maulid Nabi ini didasarkan pada keterangan Rasulullah SAW saat ditanya sahabatnya. "Ya Rasul, mengapa engkau berpuasa pada hari Senin dan Kamis?" Rasul SAW menjawab; "Hari itu (Senin) adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus, atau diturunkannya wahyu kepadaku." (HR Muslim No 1.162).
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam An-Nasa'i (No 2.360) dan Imam Ahmad (No 201) disebutkan; "Dua hari itu (Senin dan Kamis) adalah waktu dihadapkannya amalan kepada Allah SWT. Dan aku sangat menyukai saat amalku diangkat diriku sedang dalam keadaan berpuasa." Ada kisah menarik dalam Maulid Nabi ini, sebagaimana yang beredar di media sosial. Sebuah peristiwa menakjubkan terjadi. Peristiwa ini terjadi di Lebanon Selatan. Saat itu, digelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Entah bagaimana, terjadi peristiwa yang menggemparkan hingga seorang anak non-Muslim terkena tembakan.
Sang ibu kemudian membawa anaknya ke rumah sakit. Saat diperiksa, kondisi anak tersebut sangat mengkhawatirkan karena pendarahan yang dialaminya. Dokter menyampaikan pada orang tuanya bahwa mereka sudah tak mungkin lagi bisa memberikan pertolongan pada anak tersebut.
Mengetahui hal tersebut, sang ibu kemudian berteriak. "Hai Muhammad, di mana engkau, yang mengaku sebagai nabi? Lihatlah apa yang dilakukan umatmu kepada anakku karena merayakan hari kelahiranmu (maulid)."
Setelah menumpahkan segala unek-uneknya, ibu itu pun kemudian dipapah menuju ruangan tempat anaknya dirawat. Alangkah kagetnya dia saat mengetahui anaknya duduk dengan senangnya di sudut ranjang. "Tutup semua pintu dan jendelanya, Bu. Jangan diperbolehkan ia keluar," kata anak tersebut.
Si ibu kemudian mendekati anaknya untuk meyakinkan bahwa anaknya tidak mengalami apa-apa. "Apa yang terjadi padamu, nak?" tanya ibunya. Sang anak menjawab; "Dia datang dan mengelus kepalaku sambil tersenyum," ujar anaknya. "Siapa dia, nak?" tanya ibunya. "Muhammad, Muhammad, Bu. Dia datang," jawab sang anak. Subhanallah. Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad.
Dalam momentum Maulid Nabi, biasanya juga dibacakan shalawat. Allah memerintah kita semua untuk bershalawat untuk Rasulullah SAW. (QS al-Ahzab [33]: 56). Rasul SAW bersabda: "Siapa yang bershalawat untukku satu kali, maka Allah SWT akan bershalawat untuknya sebanyak 10 kali, dihapuskan untuknya 10 keburukan dan diangkat derajatnya 10 kali lipat." (Shahih al-Jami').
Dalam hadis lain disebutkan; "Siapa yang bershalawat satu kali untukku, maka Allah SWT akan bershalawat untuknya 10 kali." Begitu besar keutamaan dari shalawat ini, tentu saja kita sebagai umatnya dituntut untuk senantiasa meneladani Rasulullah SAW (uswatun hasanah). (QS Al-Ahzab [33]: 21). Semoga kita semua bisa menjalankan semua sunahnya, meneladani segela kepribadian Rasulullah SAW. Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad. Allahu a'lam bishawab.