Jumat 01 Dec 2017 10:00 WIB
Maulid Nabi Muhammad

Mengingat Kembali Ajaran Rasulullah

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Rasulullah
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Menurut J Knappert dalam The Mawlid, para sufi sering merayakan Maulid Nabi di beberapa negara. Melalui perayaan ini mereka ingin mengajak umat Islam mengingat kembali ajaran Nabi dan beberapa  pejuang Muslim.

Namun, perayaan maulid ini dilakukan dengan akulturasi budaya setempat. Sehingga, perayaan Maulid di satu negara akan berbeda dengan negara lainnya. Maulid dirayakan dengan cara karnaval, prosesi di jalanan atau rumah, dan masjid yang dihiasi. Selain itu, dalam perayaan maulid juga dilakukan pembagian makanan, dan menceritakan kehidupan Muhammad yang diriwayatkan dengan pembacaan puisi oleh anak-anak.

Ulama dan penyair merayakan maulid dengan membaca kasidah al-Burda Syarif,/ puisi terkenal abad ke-13 oleh Sufi dari Mesir Imam al-Bushiri. Al-Burda berisi sajak pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat perjuangan. Pembacaan syair al-Burda banyak digunakan oleh beberapa negara dalam perayaan maulid, termasuk Indonesia.

Umumnya, perayaan maulid diadakan dengan menggabungkan beberapa acara, sehingga terlihat meriah. Perayaan ini dianggap sebagai ekspresi konsep sufi dari praeksistensi Muhammad. Namun, makna utama dari perayaan ini adalah ungkapan cinta untuk Nabi Muhammad. Di Pakistan, perayaan maulid dimulai dengan penghormatan secara militer di ibu kota federal dan ibu kota provinsi. Selanjutnya, menyanyikan lagu keagamaan pada siang hari.

Di Qayrawan, Tunisia, Muslim menyanyikan lagu pujian kepada Muhammad, sebagai bentuk penghormatan atas hari kelahiran Nabi. Biasanya, Muslim juga menyiapkan hidangan yang dikenal dengan nama Assidat Zgougou untuk merayakan maulid.

Di Mesir dan Sudan, maulid digunakan sebagai istilah umum untuk perayaan ulang tahun orang-orang kudus sufi lokal. Tidak hanya merujuk kepada perayaan kelahiran Nabi Muhammad. Sekitar 3.000 perayaan maulid diadakan setiap tahun. Festival ini menarik minat penonton internasional. Dalam peringatan maulid tokoh sufi lokal abad ke-13, Ahmad al-Badawi, jumlah wisatawan bahkan mencapai tiga juta orang.

Di Maroko, kalangan sufi memandang peringatan maulid Nabi dalam hierarki hari besar Islam sebagai  yang kedua setelah Idul Fitri dan Idul Adha. Dalam perayaan itu, syair mistis dan prosesi para darwis (pengikut tarekat) seperti Tarekat Isawiyah dan Hamadza, kadang-kadang menjadi bagian integral peringatan maulid Nabi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement