REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonedia (MUI), KH Cholil Nafis menjelaskan Maulid Nabi dalam konteks kenegaraan. Menurut dia, hadirnya Nabi Muhammad SAW ke muka bumi ini telah melahirkan persatuan yang sifatnya pluralis.
"Dalam konteks negara, hadirnya Nabi Muhammad telah mencipatakan persatuan yang sifatnya pluralitas. Walaupun berbeda suku dan agama tetapi dalam bingkai kenegaraan, dalam bingkai kebangsaan," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (29/11).
Ia menuturkan, dalam konteks keindonesiaan, umat Islam pun telah mampu meneladani Nabi Muhammad dengan menjaga kebhinnekaan itu dan bersikap toleran pada umat agama lainnya. "Nah konteks Indonesia kita menjalin kebhinnekaan untuk mencapai cita-cita bersama dalam konteks kebangsaan. Maka kita menghormati, kita bertoleransi, kita juga bisa bekerja bersama dalam mengisi kemerdekaan," ucapnya.
Menurut dia, peringatan Maulid Nabi harus dijadikan momentum umat Islam untuk meneladani Nabi Muhammad, sehingga di era milenial ini tetap bisa menjaga rasa persatuan.
"Inilah momentum keteladanan yang bisa kita implementasikan dan sangat aktual di era sekarang ini untuk membangun persatuan dan kesatuan," katanya.
Ia mengatakan, momentum Maulid Nabi juga merupakan kabar gembira karena Nabi Muhammad hadir dengan membawa risalah kenabian, sehingga umat Islam dapat meneladaninya. Menurut dia, segala kehidupan manusia yang baik telah dicontohkan oleh Rasulullah.
"Dalam konteks sekarang, Maulid Nabi diartikan untuk begaimana membangun solidaritas, soliditas umat. Kita membangun umat yang bersatu dan menjadi peduli antara satu dengan yang lain," jelasnya.