REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu taman yang dideskripsikan secara detail adalah taman milik Khumarawaih, salah seorang pemimpin era Tulunid di Mesir pada abad kesembilan yang disebut membuat taman bergaya Persia. Berdasarkan catatan al-Maqrizi, taman ini memiliki tanaman palem yang batangnya dilapisi emas. Di balik penutup emas itu dipasang pipa yang membawa air ke puncak pohon dan memancarkan air ke kolam-kolam di bawahnya.
Penting diingat bahwa kontrasnya kondisi sekitar dengan tata lanskap taman di sebagian besar dunia Islam terlihat dari kesejukan yang disuguhkan pepohonan dan dedaunan yang tumbuh di taman. Hijau adalah warna Islam dan warna yang sering disebutkan dalam Alquran untuk mendeskripsikan surga. Bunga-bunga beraneka warna juga tentu penting dalam seni budaya Islam. Keramik, miniatur, dan tekstil banyak mengambil motif bunga dan dedaunan.
Namun, dalam Alquran, air yang mengalir, pohon, dan warna hijau adalah tiga unsur yang paling sering disebut Alquran. Taman-taman pada era kejayaan Islam juga dicirikan dengan adanya dinding tinggi sebagai gerbang masuk menuju taman. Gerbang masuk ini berasosiasi dengan mihrab yang menjadi rujukan arah kiblat.
Cahaya dan air merupakan metafor yang tidak berhenti. Kanal-kanal air dari air mancur di tengah kolam sengaja dibuat agar air di kolam selalu terlihat bergerak mengalir seperti abadinya aliran air sungai di surga. Air mancur ini juga memancarkan pesona tersendiri saat terkena cahaya matahari sehingga sekilas tampak seperti kilauan berlian.
Tumbuhan yang dipilih untuk ditempatkan di taman juga jadi pertimbangan tersendiri. Tumbuhan yang dipilih biasanya pohon dengan kanopi luas sehingga memberi naungan teduh yang juga besar. Namun, tumbuhan palem, zaitun, dan tanaman buah seperti tin, ceri, persik, jeruk, delima, dan almond juga sering jadi pilihan. Tumbuhan bunga beraroma seperti melati, mawar, dan lili juga kerap ikut melengkapi pesona taman-taman Islam yang memanjakan panca indera.