Sabtu 25 Nov 2017 07:00 WIB

Kuasa Allah Lewat Pemuda Kahfi

Rep: A Syalabi Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Gua Ashabul Kahfi di Yordania.
Foto: msm.cam.ac.uk
Gua Ashabul Kahfi di Yordania.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Keteguhan orang-orang mukmin sudah diuji Allah SWT, bahkan sebelum zaman Rasulullah SAW. Kisah-kisah mereka tersebar dalam Alquran untuk dijadikan pelajaran bagi orang-orang yang mau berpikir. Salah satu kisahnya adalah penghuni gua atau Ashabul Kahfi. Cerita tentang para pemuda yang berjuang untuk mempertahankan akidah dari raja yang zalim. Bersama anjingnya yang setia, Raqim, para pemuda itu berlindung di dalam gua sambil berdoa.

"Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan (kami) ini.

Pengarang tafsir al-Muntakhab yang terdiri dari sekelompok ulama dan pakar Mesir berupaya mengungkap tempat dan waktu peristiwa Ashabul Kahfi terjadi lewat isyarat Alquran. Berdasarkan penelitiannya, para ulama mengatakan, mereka adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah yang tengah mengalami penindasan agama sehingga mengasingkan diri ke dalam sebuah gua tersembunyi.

Sejarah mencatat adanya beberapa masa penindasan agama di kawasan timur yang terjadi dalam kurun waktu berbeda. Dari beberapa peristiwa penindasan agama itu, hanya ada dua masa yang mereka anggap penting. Salah satunya pun diduga berkaitan dengan kisah penghuni gua. Peristiwa pertama terjadi pada masa kekuasaan raja-raja Saluqi yang diperintah Raja Antiogos IV (176-84 SM).

Saat penaklukan Suriah, dia mewajibkan seluruh penganut Yahudi di Palestina yang sudah tinggal di Suriah sejak 198 SM untuk meninggalkan agamanya. Antiogos yang fanatik dengan kebudayaan Yunani kuno memerintahkan mereka untuk menyembah dewa-dewa Yunani. Dia pun meletakkan patung Zeus di tempat peribadatan kaum Yahudi. Para ulama pun menduga pemuda-pemuda Ashabul Kahfi adalah penganut Yahudi yang bertempat tinggal di Palestina yang tepatnya berada di Yarussalem.

Peristiwa kedua terjadi pada masa Imperium Romawi berkuasa. Pada zaman Kaisar Hadrianus (117-138 M), kaisar memperlakukan orang-orang Yahudi sama dengan apa yang pernah dilakukan Antiogos. Para pembesar Yahudi pun mengeluarkan ultimatum akan berontak bersama rakyatnya untuk melawan kekaisaran Romawi. Mereka pun memukul mundur garnisun Romawi di perbatasan dan berhasil merebut Yerussalem. Selama tiga tahun mereka berhasil mempertahankan kekuasaannya.

 

Terakhir, Hadrianus bergerak bersama pasukannya untuk menumpas pemberontak. Mereka membunuh semua orang Yahudi. Kaum Yahudi yang masih hidup dijual sebagai budak. Dari penuturan sejarah tersebut, para ulama menyimpulkan bahwa kemungkinan lain adalah pemuda Ashabul Kahfi merupakan pemuda Yahudi yang bersembunyi dari Kaisar Hadrianus.

Shekh Mohammad Mutawalli Sya'rawi dalam Untaian Kisah-Kisah Qurani dalam Surat Al-Kahfi menjelaskan, kisah Ashabul Kahfi memiliki mutiara hikmah yang tak lekang hingga akhir zaman. Allah SWT dapat menjadikan gua yang notabene tempat sempit di mana seseorang tidak bisa berlama-lama tinggal di dalamnya sebagai tempat tidur para pemuda beriman, bahkan hingga ratusan tahun. Allah menginginkan agar manusia menyadari, gua sempit menurut pemikirannya bisa menjadi lapang berdasarkan kuasa-Nya. Anugerah Tuhan membuat tempat sesempit itu terasa luas dan lapang sehingga mereka bisa leluasa di dalamnya.

"Kenyataan ini mengingatkan kita bahwa setiap orang yang lari menyelamatkan agamanya ke suatu tempat di luar wilayahnya betapa pun sempitnya tempat itu akan terasa luas dan lapang berkat rahmat Tuhan. Jika dia di tempat itu kesulitan rezeki, Allah akan membuka pintu-pintu rezeki baginya sehingga dia merasakan dirinya sebagai orang terkaya," tulis Shekh Sya'rawi.

Lebih lanjut, sang shekh menjelaskan bahwa tidur yang dialami para penghuni gua merupakan fenomena kekuasaan Allah SWT. Untuk ukuran manusia normal, tidur akan dialami setengah hari hingga sehari. Itulah pertanyaan yang mereka katakan saat pertama kali dibangunkan Allah SWT kepada sesama mereka. "Demikianlah Kami bangunkan mereka agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, 'Sudah berapa lamakah kamu tinggal disini?' Mereka menjawab, 'Kita berada di sini sehari atau setengah hari'." (QS al-Kahfi:19).

Shekh Sya'rawi menjelaskan, Allah SWT sudah menahan pengaruh waktu terhadap para penghuni gua. Mereka pun berada di luar dimensi waktu sehingga tidak merasakan lamanya waktu yang telah berlalu selama mereka tidur. Padahal, Alquran mengungkapkan bahwa mereka sudah tidur selama 300 tahun ditambah sembilan tahun lagi.

Lazimnya, manusia yang sedang tidur tidak mengetahui sudah berapa lama dia sudah tertidur. Dia baru akan tahu saat terbangun setelah melihat ukuran waktu dari cahaya matahari, gelapnya malam, atau arah jarum jam. Para penghuni gua pun seharusnya mengetahui waktu tersebut saat terbangun. Normalnya mereka bisa melihat dari fisik yang sudah renta, rambut putih karena beruban, dan fisik yang sudah lemah.

Hanya, Allah SWT meniadakan standar waktu bagi fisik mereka. Para pemuda itu pun tak merasa ada perubahan saat terbangun dan melihat wajah temannya. Mereka pun meyakini bahwa lamanya tidur hanya berlalu beberapa saat. Mereka baru mengetahui bahwa tidur mereka sudah begitu lama saat menyambangi pasar dengan membawa koin perak. "… Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu.." Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement