REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemerintah Malaysia akan mendirikan sebuah lembaga studi Pusat ASEAN untuk Islam, Perdamaian, dan Non-Kekerasan, di Universitas Sultan Azlan Shah (USAS). Wakil Perdana Menteri Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi, mengatakan bahwa pusat studi yang ada di Kuala Kangsar tersebut beserta keberadaan Counter-Messaging Centre dapat melengkapi pekerjaan pada Pusat Perdamaian Internasional Raja Salman. Hal itu disebut dapat meningkatkan peran bangsa dalam melawan terorisme dan ekstrimisme di tingkat internasional.
"Selain aspek militer, lembaga pusat tersebut juga akan fokus pada elemen akademik dengan peran utama memerangi ancaman teroris dan penyebaran propaganda dan ideologi ekstremis dan teroris," kata Ahmad setelah menutup acara Konferensi Dunia ke-4 tentang Pemikiran dan Peradaban Islam (WCIT) di Perak, Malaysia, dilansir dari The Nation, Rabu (22/11).
Ia mengatakan, lembaga pusat ini dibentuk dengan tujuan untuk memantau media sosial bagi setiap aktivitas dan informasi yang mencurigakan yang berkaitan dengan kelompok Negara Islam. Baik itu dilakukan oleh warga Malaysia, pejuang asing, ataupun organisasi ekstremis di Malaysia. Menurutnya, wacana intelektual yang akan dihasilkan dapat membawa bangsa pada solusi yang bisa dibagikan pada dunia.