REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peradaban Islam juga tercatat telah mampu membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendungan jembatan itu digunakan untuk menggerakkan roda air yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air. Bendungan jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran. Bendungan jembatan itu mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Muslim di kota itu.
Setelah muncul di Dezful, Iran, bendungan jembatan juga muncul di kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim pada masa itu tak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Selain itu, para insinyur Muslim juga telah memperkenalkan bendungan penggiling yang kemudian disebut Pul-i-Bulaiti. Pertama kali bendungan itu dibangun di Sungai Karun, Iran. Kemudian, banyak dibangun di negara Islam lainnya.
Pada era kekhalifahan, para insinyur Muslim sudah mampu membangun bendungan pengatur air (diversion dam). Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau mengalihkan arus air. Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.
Pembangunan bendungan berkembang di negara-negara Islam, seperti di kawasan Afrika Utara, Spanyol, kawasan Barat Daya Asia sampai Sungai Indus, dan Uzbekistan. Pada 970 M, orang-orang Yamani berhasil membangun bendungan Parada dekat Madrid, Spanyol. Pembangunan bendungan di Spanyol Muslim berkembang begitu pesat.
Di Kota Codoba hingga kini masih terdapat bendungan peninggalan kejayaan peradaban Islam. Salah satu bendungan tertua peninggalan Islam yang masih berfungsi itu terdapat di Sungai Guadalquivir. Tentu saja, gencarnya pembangunan bendungan di dunia Islam ditopang oleh pesatnya industri dan ilmu pengetahuan para Muslim Spanyol.
Pembangunan bendungan di Sungai Guadalquivir itu dijelaskan geografer Muslim abad ke-12 bernama Al-Idrisi. Menurut Al-Idrisi, bendungan itu dibuat dari batu Mesir dengan pilar-pilar marmer yang digunakan sebagai tempat bagi tiga penggilingan, yang masing-masing terdiri atas empat kincir air. Penggilingan tersebut masih berfungsi hingga belakangan ini meskipun telah banyak berubah dari bentuk aslinya.