REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Muhammad Nuzul Dzikri dalam kajian "Hijrah Angan & Realitas" di Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Cawang, Jakarta Timur, menyinggung orang yang berhijrah hanya karena kepentingan duniawi. Misalnya, hijrah yang mereka jalankan agar seluruh permasalahan hidupnya terselesaikan.
Padahal, menurut Ustaz Muhammad, hal tersebut merupakan niat yang keliru. Hijrah, tuturnya, merupakan menyerahkan diri ke pada Allah. Allah juga akan menilai manusia apakah proses hijrah yang dijalani karena Allah atau manusia. Itu sebabnya, Allah akan menguji mereka dengan berbagai cobaan.
Proses hijrah yang dilakukan Rasulullah SAW dapat dijadikan contoh oleh umat Muslim saat ini. Menurutnya, Rasulullah mengalami banyak ujian mulai intimidasi dan ancaman pembunuhan. Namun, ia hadapi ujian tersebut dengan sabar sehingga bisa melewatinya.
Berhijrah adalah ujian keikhlasan loyalitas dan komitmen kepada Allah agar menda patkan ridha-Nya. "Dunia itu kam pungnya ujian. Dunia itu amal," ujar Ustaz Muhammad me nambahkan.
Banyaknya ujian yang akan dihadapi membuat mereka harus mampu untuk bertahan. Karena itu, dia menilai, pelaku hijrah harus ikhlas dan jujur agar mereka tetap bertahan dalam berhijrah. Ini sesuai dengan QS al-Baqarah ayat 218, yakni "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
"Contoh ibadah ikhlas itu adalah hijrah. Hijrah mencari rah mat Allah," kata Ustaz Mu ham mad. Untuk istiqamah dalam hijrah, menurut dia, para pelaku nya harus belajar menjadi pelari maraton bukan sprinter. Artinya, mereka harus menjalan proses berhijrah dengan terus-menerus karena berhijrah tak memiliki ba tas. Dia pun meminta orang yang hendak berhijrah untuk belajar dan dilakukan secara bertahap. "Allah suka kelembutan. Jika kelembutan dicabut, akan meru sak situasi. Fokus ke iman dan aki dah sebelum bicara ikhtilaf. Dan ilmu itu harus kita amal kan," ujarnya. n ed: a syalaby ichsan