REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahmad Ibn al-Mubarak dalam al-Ibriz menjelaskan bahwa shalawat atas Rasulullah adalah amal kebajikan paling utama, karena shalawat adalah zikir atau bacaan para malaikat yang berada di sudut-sudut surga.
Keberkahannya pun terbukti ketika malaikat membaca shalawat seketika surga meluaskan dirinya. Namun ketika malaikat membaca zikir yaitu dengan membaca tasbih, surga langsung diam. Ketika tidak lagi dibacakan shalawat, tempat-tempat di surga beserta para penghuninya tidak berubah.
Seandainya, jika sejak awal terciptanya surga para malaikat langsung membaca tasbih, niscaya surga tak akan bertambah sedikit pun. Inilah di antara keberkahan shalawat atas Rasulullah SAW, ketika dibacakan shalawat, seketika surga bertambah luas.
Pernah suatu ketika, sebagaimana diwahyukan Allah SWT pada Rasulullah SAW. Allah berfirman pada Musa AS. Wahai Musa, apakah kamu ingin agar Aku lebih dekat daripada kedekatan ucapan kepada lidahmu, daripada bisikan hatimu dari hatimu sendiri, daripada ruhmu ke badanmu dan daripada cahaya matamu pada matamu?
Musa AS pun mejawab. Ya, wahai Tuhanku. Lalu, Allah berfirman, Maka perbanyaklah membacakan shalawat untuk Muhammad SAW.
Nabi Musa AS yang dilahirkan lebih dulu ke dunia daripada Rasulullah SAW saja diserukan oleh Allah untuk bershalawat pada Nabi Muhammad. Apalagi, kita sebagai manusia biasa sepatutnya mesti rajin membaca shalawat agar selamat di dunia dan akhirat.
Allah berfirman dalam Alquran surah al-Ahzab. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Ayat ini adalah prasasti cinta yang Allah anugerahkan kepada satu-satunya makhluk-Nya yang paling mulia. Allah sendiri pun bersumpah tak akan menciptakan makhluk-makhluk lain jika ia tak menciptakan makhluknya itu. Dialah Rasulullah SAW.