Jumat 10 Nov 2017 05:00 WIB

Agar Umat tak Tercerai-Berai

Umat Islam
Umat Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Ukhuwah Islami yah di Tanah Air tengah di uji. Dalam sepekan ini, setidaknya ada dua penolakan ceramah terjadi di Tanah Air. Pertama, penolakan terhadap pendakwah Felix Siauw. Felix yang sempat menjadi aktivis Hizbut Tahrir Indonesia ini berencana mengisi pengajian di Masjid Manarul Gempeng, Ke camatan Bangil, Kabupaten Pa suruan, Sabtu (4/11).

Ratusan anggota badan oto nom PC Nahdlatul Ulama (NU) Bangil saat itu menolak Felix de ngan asumsi yang bersangkutan kerap mengampanyekan khila fah. Dalam keterangan resminya, Felix mengiyakan menolak me nan datangani surat kesetiaan terhadap Pancasila yang disodorkan para penolak karena merasa difitnah.

Sedangkan, di Garut, Jawa Barat, terjadi penolakan terhadap Ustaz Bachtiar Nasir yang rencananya mengisi pengajian di Masjid Agung Garut pada Sabtu (11/11) besok. Ustaz Bachtiar ia lah pengurus Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muham madiyah sekaligus pimpinan Ge rak an Nasional Pembela Fatwa (GNPF) Ulama. Pengusiran ini mencoreng citra Muslim di Tanah Air yang sudah dikenal berwajah teduh dan toleran.

Konflik di dalam internal umat Islam memang kerap meru sak ukhuwah. Catatan silang seng keta bahkan pernah terjadi pada masa Ali bin Abi Thalib ba ru di angkat menjadi khilafaurasyidin. Ali ketika itu berperang dengan pa sukan Aisyah Ra. Meski Ali su dah berupaya sekuat tenaga un tuk mencegah perang, kuatnya fit nah yang dilatarbelakangi atas pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan membuat peristiwa na has itu harus terjadi.

Darah di antara sesama Mus lim pun jatuh. Kedua pihak yang sama-sama berpegang teguh pada agama Allah harus saling hantam. Ali sempat mengingatkan kepada sahabat Zubair. "Ingatkah Anda ketika Rasulullah berkata kepada Anda, bahwa engkau akan meme rangi aku dengan cara yang tidak adil terhadapku?"

Mendengar hadis itu, Zubair tersentak dan merasa terharu. Dia mengingat kekerabatannya de ngan Ali dan Nabi. Mereka sau dara sepupu. Ia berkata kepada Ali: "Kalau saya ingat itu tentu saya tidak tampil sama sekali, ti dak akan berperang melawanmu." Gelisah dengan perkataan Ali, Zubair pun mundur dari medan laga.

Sayangnya, pertempuran ti dak berhenti. Padahal sudah 10.000–ada yang menyebut 20.000– Muslim tewas. Untuk meng hentikan pertempuran, Ali pun memerintahkan agar kaki be lakang unta yang membawa Ai syah ditebas. Unta itu pun roboh. Pelangkin yang membawa Aisyah dibawa ke tepi. Meski marah, Ali tetap menjaga kehormatan istri Rasulullah SAW. Dia pun memulangkan Aisyah tanpa kekurang an sesuatu apa pun.

Banyak sekali ayat Alquran dan hadis Nabi SAW yang me nyu ruh umat Islam untuk mem per kuat ukhuwah dan tidak ber konflik. Salah satu ayat dalam Alquran melarang kepada kita untuk bercerai-berai. "Hai orangorang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar tak wa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Dan berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan amarah hati kalian, lalu menjadilah ka li an karena nikmat Allah orangorang yang bersaudara, dan kali an telah berada di tepi jurang ne raka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat- Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk." (QS Ali Imron: 102-103).

Rasulullah pun sering berpesan kepada kita untuk saling men cintai sesama Muslim dan tidak bersengketa. Seperti apa yang diriwayatkan Imam Bu khari. "Sesungguhnya Allah ri dha kepada kalian dalam tiga per kara dan murka kepada kalian dalam tiga perkara. Allah ridha kepada kalian bila kalian me nyembah-Nya dan kalian tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun bila kamu sekalian berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak bercerai-berai dan bila kalian saling menasihati dengan orang yang dikuasakan oleh Allah untuk mengurus per kara kalian. Dan Allah murka ke pa da kalian dalam tiga perkara, yaitu qil dan qal (banyak bicara atau berdebat), banyak bertanya, dan menyia-nyiakan (menghambur- hamburkan) harta."

Imam Ibnu Katsir menjelas kan, bilamana kaum Muslimin hi dup dalam persatuan dan kesatuan, niscaya terjaminlah mereka dari kekeliruan seperti yang disebutkan oleh banyak hadis menge nai hal tersebut. Imam Ibnu Kat sir berpendapat, sangat dikha wa tirkan kaum Muslimin berceraiberai dan bertentangan. Hal yang nyata menimpa umat ini sehingga apa yang diramalkan Rasulullah jika kita akan terpecah terjadi. Kita terpecah menjadi golongangolongan yang saling bertentangan, seperti apa yang disabdakan Rasulullah.

Setelah Perang Teluk antara ke dua negara Muslim, Irak dan Kuwait, terjadi pada 1990-an, ulama kenamaan Saudi Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz menjelaskan, satu-satunya cara untuk melakukan reformasi demi kesejahteraan dan kesatuan umat yakni bersatu di bawah naungan Alquran dan sunah Nabi SAW.

Bin Baz pun mengutip salah satu ayat dalam Alquran. "Dan berpegang teguh, kalian semua bersa ma-sama ke tali Allah (Alquran) dan janganlah tercerai-berai." Allah juga berfirman jika umat Islam diperintahkan untuk membantu dalam kebajikan dan ketakwaan. Namun, jangan saling membantu dalam dosa dan ke ingkaran. Menurut bin Baz, perpecahan yang terjadi di Perang Teluk adalah peringatan dan na sihat untuk setiap Muslim di selu ruh dunia untuk saling membantu dalam kebenaran dan kesalehan dan berpegang teguh kepada Alquran dan sunah.

Karena itu, sungguh tidak pan tas jika ada kelompok-kelompok Islam yang bersengketa dan merasa benar sendiri. Padahal, tu juan mereka senantiasa untuk dakwah. Bukankah Komisi Dak wah Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah menyusun Pedo man Dakwah Komisi Dakwah MUI se-Indonesia. Salah satu dari 10 hal pedoman itu yakni menganggap sesama pelaku dakwah sebagai mitra yang saling me nguat kan, bukan pesaing yang saling menjatuhkan.

Di dalam pedoman dakwah itu, Dewan Pertimbangan MUI menyusun 10 kode etik dakwah untuk diikuti para dai di Tanah Air. Di antaranya, setiap Muslim memandang bahwa sesama Mus lim sebagai saudara seiman. Ka re na itu, Muslim harus memperlakukan saudara seiman dengan penuh kasih sayang, dilandasi kejujuran dengan rasa empati, dan solidaritas yang tinggi, bukan dengan rasa benci dan antipati.

Setiap Muslim juga mengutamakan kehidupan berjamaah. Dia seyogyanya mendayagunakan or ganisasi sebagai alat dakwah dan perjuangan. Meski demikian, or ganisasi digarisbawahi hanya se bagai alat, bukan tujuan. Karena itu, setiap organisasi atau lemba ga Islam harus memandang orga nisasi Islam lainnya sebagai mit ra. Budaya fastabiqul khairat yang harus dihidupkan, bukan pertentangan dan permusuhan. Wallahu a'lam. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement