Ahad 05 Nov 2017 06:15 WIB

Pohon Thuba yang Menaungi Surga Firdaus

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Jamaah haji Indonesia mengunjungi kebun kurma milik keluarga Badui, Muhammad Hasan Ar-Raddadi di Madinah, Arab Saudi (Ilustrasi)
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Jamaah haji Indonesia mengunjungi kebun kurma milik keluarga Badui, Muhammad Hasan Ar-Raddadi di Madinah, Arab Saudi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pohon Thuba mencakup seluruh jenis buah-buahan yang dikenal maupun belum dikenal manusia di dunia ini. Pohon Thuba dapat diartikan sebagai kegembiraan dan kedamaian hati bagi orang beriman dan bertakwa. Thuba adalah kenikmatan bagi mereka di surga.

Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran bahwa kesenangan-kesenangan yang disediakan Allah SWT kepada orang beriman di surga sungguh tak terhingga. Di antara kesenangan-kesenangan surgawi yang menakjubkan adalah aroma wewangian yang keluar dari pepohonan dan tanah surga.

Bahkan juga sungai-sungainya yang bersumber dari bawah bukit dan gunung yang terbuat dari kasturi. Semua wewangian itu tak pernah dijumpai perbandingannya di dunia ini. Ibnu Hibban meriwayatkan dalam kitab shahihnya bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Wewangian surga dapat tercium dari jarak perjalanan lima ratus tahun.”

Terdapat ungkapan Arab yang mengatakan: thuba li fulan (jika si fulan memperoleh keuntungan besar). Utbah bin Abd ra. menuturkan, bahwa seorang Arab Badui menjumpai Rasulullah SAW dan bertanya tentang surga, kesenangan-kesenangan di dalamnya, dan pahala bagi orang beriman. Rasulullah SAW menjawab pertanyaannya sebagimana Allah SWT memperlihatkan surga beserta isinya kepada Beliau beberapa kali.

Kemudian orang Badui tersebut lanjut bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah di surga terdapat buah-buahan?” Nabi SAW menjawab, “Ada. Di surga ada sebuah pohon bernama Thuba. Pohon itu menaungi surga Firdaus.”

Dengan penuh keheranan orang Badui itu bertanya lagi, “Pohon apakah gerangan di bumi ini yang serupa dengannya?” Rasulullah SAW menjawab, “Tak satu pohon pun yang mirip di negerimu ini. Tapi, pernakah engkau pergi ke Syam?” Orang Badui itu menjawab, “Tidak pernah, wahai Rasulullah.”

Maka, Rasulullah menerangkan padanya bahwa pohon Thuba seperti pohon yang tumbuh di Syam, bernama Jauzah dan tumbuh di atas sebatang pohon. Kemudian bagian atasnya sangat lebat.

Orang Badui tersebut masih bertanya lagi, “Apakah di surga terdapat anggur?” Rasulullah menjawab, “Ada.”

Beliau menjelaskan padanya bahwa besar gugusan buah anggur itu sejauh perjalanan sebulan bagi seekor gagak hitam yang tidak pernah hinggap, tidak pernah berhenti, dan tidak pernah keletihan. Sebagaimana diketahui, burung gagak hitam dapat terbang dengan cepat. Jika terbang selama sebulan tanpa henti, itu berarti ia melintasi jarak yang sangat luas.

Ini menunjukkan tentang betapa besarnya ukuran gugus buah anggur yang dihasilkan pohon Thuba. Setelah berpikir sejenak, orang Badui itu kembali bertanya dengan penuh heran, ‘Kalau begitu, sebesar apakah surga itu?”

Nabi SAW balik bertanya, “Apakah ayahmu pernah menyembelih seekor kambing jantan besar lalu mengulitinya, kemudian memberikannya kepada ibumu sambil berkata, ‘Samaklah kulit ini dan potonglah sebagai tempat air untuk memberi minum hewan ternak kita!’” lelaki Badui itu menjawab. “Pernah.”

Saat itulah lelaki Badui itu merenungkan apa yang didengarnya dari Rasulullah SAW tentang ukuran biji dari gugusan anggur. Ia tahu, bahkan bangsa Arab mengetahui bahwa Muhammad SAW tidak pernah berdusta.

Kekaguman luar biasa tampak di wajah lelaki Badui itu yang lantas berkata kepada Rasulullah SAW, “Kalau begitu, sebiji anggur pohon Thuba dapat mengenyangkanku, bahkan seluruh keluargaku!”

Rasulullah SAW tersenyum dan mengatakan bahwa sebiji anggur tersebut mampu mengenyangkan seluruh keluarga dan sanak kerabatnya. Buah pohon Thuba bukan hanya anggur, tetapi mencukupi seluruh jenis buah-buahan yang dikenal maupun belum dikenal manusia di dunia ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement