REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang santri tidak hanya harus kuat secara rohani, tapi juga harus kuat secara jasmani. Karena itu, asosiasi pesantren se-Indonesia mencoba untuk mengembangkan olahraga di dunia pesantren, khususnya di bidang olahraga.
Ketua Asosiasi Pesantren se-Indonesia Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU, KH Abdul Ghaffar Rozin mengatakan, selain bisa melahirkan santri yang sehat secara jasmani, melalui sepak bola santri juga bisa lebih kuat dalam menjaga NKRI.
"Saya kira dengan demikian, ketika silaturrahim terjalin melalui sepak bola, kita bisa menjadi lebih kuat lagi dalam menjaga NKRI," ujarnya kepada Republika, Ahad (29/10).
Menurut dia, RMI sendiri bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) saat ini tengah menggelar Kompetesi Liga Santri Nusantara (LSN) 2017. Melalui ajang sepakbola ala santri ini, kata dia, antar pesantren diharapkan bisa bersilaturrahim.
"Bahwa tujuan liga santri yang pertama yaitu untuk menjalin silaturrahim antar pesantren. Jadi sepakbola itu sebuah bahasa, bahasa olahraga," ucapnya.
Sebagai informasi, Kompetesi LSN 2017 diikuti oleh diikuti 1.024 klub pesantren. Saat ini, turnamen yang mengangkat tema "Dari Pesantren untuk NKRI" ini tengah mencapai puncak grand final yang mempertemukan antara tim dari Pesantren Darul Hikmah Cirebon dan Pondok Pesantren Darul Huda Ponorogo.
Pertandingan puncak itu akan digelar di Stadion GBLA, Bandung, Ahad (29/10) hari ini. Kick off akan dimulai sekitar pukul 20.15 WIB dan akan disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo, Menpora Imam Nahrawi, Ketua PBNU KH Saiq Aqil Siradj, serta tokoh-tokoh besar lainnya.