Jumat 27 Oct 2017 20:45 WIB

Pemuda yang Mencintai Agama

Rep: A Syalabi Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Pemuda (ilustrasi)
Foto: ugm.ac.id
Pemuda (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemuda-pemuda ahli ibadah pun hidup pada zaman Nabi. Dikisahkan, ada 70 pemuda dari kalangan Anshar yang digelari al-Qurra (para pembaca Alquran). Mereka biasa tinggal di Masjid Nabawi. Menjelang petang, mereka keluar menuju pinggiran Kota Madinah. Di sana, mereka belajar bersama dan mendirikan shalat.

Keluarga mereka menyangka jika mereka masih berada di masjid. Sementara, orang-orang di masjid menyangka mereka akan pulang menemui keluarga. Menjelang Subuh, me reka pun mencari air dan mencari kayu bakar. Barang-barang itu mereka sandarkan di dinding kamar Rasulullah SAW.

Hasil penjualan kayu-kayu itu dibelikan makanan bagi para penghuni shuffah. Orang-orang fakir yang hijrah ke Madinah sedangkan mereka tidak memiliki keluarga atau kerabat di Madinah. Para pemuda di zaman Rasulullah terbiasa untuk beribadah kepada Allah Taala.

Tidak heran, Rasulullah SAW berwasiat bahwa pemuda menjadi salah satu dari tujuh golongan yang akan dinaungi Allah SWT di bawah 'Arsy-Nya. Syaratnya, pemuda tersebut harus tumbuh dalam ibadah kepada Allah Azza wa Jalla.

Kisah para pemuda saleh juga sudah terjadi sebelum zaman kenabian Rasulullah SAW. Pada zaman Kaisar Hadrianus (117- 138 M), orang-orang Yahudi diminta untuk menyembah dewa-dewa Yunani. Para pembesar Yahudi pun mengeluarkan ultimatum akan berontak bersama rakyat nya untuk melawan kekaisaran Romawi. Mereka pun memukul mundur garnisun Romawi di perbatasan dan berhasil me rebut Yerussalem. Selama tiga tahun mereka berhasil mempertahankan kekuasaannya.

Terakhir, Hadrianus bergerak bersama pasukannya untuk menumpas pemberontak. Mereka membunuh semua orang Yahudi. Kaum Yahudi yang masih hidup dijual sebagai budak. Pada zaman itu, muncul tujuh pemuda yang bersembunyi dari Kaisar Hadrianus. Mereka hendak menyelamatkan agamanya. Para ulama pun menyimpulkan mereka adalah pemuda yang disebut Ashabul Kahfi.

Shekh Mohammad Mutawalli Sya'rawi dalam Untaian Kisah-Kisah Qurani dalam Surah al-Kahfi menjelaskan, kisah Ashabul Kahfi memiliki mutiara hikmah yang tak l kang hingga akhir zaman. Allah SWT dapat menjadikan gua yang notabene tempat sempit, seseorang tidak bisa berlama-lama tinggal di dalamnya, sebagai tempat tidur para pemuda beriman.

Bahkan hingga ratus an tahun. Allah menginginkan agar manusia menyadari, gua sempit menurut pemikirannya bisa menjadi lapang berdasarkan kuasa-Nya. Anugerah Tuhan mem buat tempat sesempit itu terasa luas dan lapang, sehingga mereka bisa leluasa di dalamnya.

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda besok, para pemuda Tanah Air hendaknya bisa meneladani betapa teguh para pemuda Ashabul Kahfi dan para sahabat memeluk agama. Pada usia yang dikatakan para psikolog tergolong labil, mereka justru berani mengambil risiko untuk menyelamatkan agama dari kemungkaran.

Karakter ini sangat dibutuhkan bagi generasi millennial sekarang. Ketika hidup menjadi begitu mudah, sarana dan prasarana ada di depan mata, seberapa peduli pemuda dengan agama mereka? Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement