Jumat 27 Oct 2017 20:15 WIB

Kala Pemuda Berjuang demi Agama

Rep: A Syalabi Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Seorang pemuda Palestina melakukan perlawanan dengan menggunakan batu menghadapi barisan tentara Israel. (ilustrasi)
Foto: Reuters/Ammar Awad
Seorang pemuda Palestina melakukan perlawanan dengan menggunakan batu menghadapi barisan tentara Israel. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Para pemuda Tanah Air hendaknya bisa meneladani betapa teguhnya para pemuda Ashabul Kahfi dan para sahabat memeluk agama. Pemuda menjadi elemen penting dalam sejarah peradaban Islam. Betapa banyak tokoh besar yang mengukir kebesaran Islam dengan tinta emas ketika muda. Dengan ke imanan di dada, mereka berjuang demi agama.

Pada zaman Nabi SAW, Ali bin Abi Thalib menjadi sosok pemuda tangguh yang kerap mendampingi Rasulullah SAW dari sebelum hijrah. Kisah fenomenal Ali yang berani mempertaruhkan nyawa untuk Rasulullah SAW saat perintah hijrah datang pun kerap diulang dalam buku sejarah Islam.

Dilansir dari buku Sejarah Hidup Muhammad karya Muhammad Husain Haikal, rencana Nabi untuk keluar dari Kota Makkah dicium kaum Quraisy. Seorang pemuda Quraisy dipilih dari setiap kabilah. Tujuannya agar setiap kabilah memiliki tanggung jawab yang sama terhadap darah Muhammad. Mereka adalah pemuda pilihan. Berbadan tegap lengkap dengan sebilah pedang yang tajam. Pada waktu yang disepakati, mereka pun mengepung rumah Nabi SAW. Pada malam itu, Nabi berbisik kepada Ali bin Abi Thalib supaya mengenakan mantel hijau kepunyaan Nabi dari Hadramaut. Ali pun diminta untuk berbaring ke tempat tidurnya.

Rasulullah berpesan agar Ali tinggal dahulu di Makkah untuk menyelesaikan barang-barang yang dititipkan kepada Nabi. Pemuda-pemuda Quraisy mengintip ke tempat tidur Nabi. Mereka melihat ada sesosok tubuh di tempat tidur itu. Di mata mereka, sosok itu adalah Nabi SAW. Men jelang larut malam, tanpa sepengetahuan mereka, Muhammad sudah keluar menuju rumah Abu Bakar ash-Shiddiq. Kedua sahabat itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang. Mereka bertolak ke arah selatan menuju Gua Thur.

Ali yang sudah mendapat bimbingan rohani dan akhlak dari Rasulullah merasa mantap. Tanpa ragu, dia mengambil risiko mempertaruhkan nyawa untuk sepupunya itu. Sesudah ancaman pemuda-pemuda pilihan itu pergi, Ali harus menempuh risiko lainnya. Dia mesti berjalan kaki seorang diri sejauh 477 kilometer menuju Yastrib (Madinah) untuk menyusul Nabi. Dia harus berjalan pada malam hari karena siangnya dia bersembunyi.

Dalam perjalanan yang gelap itu, Ali hanya ditemani gemintang yang bersinar di langit padang pasir. Dia harus melalui jurang dan mendaki bukit. Satu perjuangan berat sedang dilalui pemuda pilihan itu. Meski lelah, Ali sadar apa yang di la kukan Nabi jauh lebih berat. Karena itu, apa pun yang terjadi, Ali melaksanakan perintah Nabi dengan taat. Ketika sampai di Yastrib, Ali dipanggil Nabi. Saking lelahnya, Ali tak dapat berjalan. Hingga Nabi sendiri datang menghampirinya. Melihat kaki Ali yang bengkak, Rasulullah terharu. Di peluk nya anak muda itu dengan penuh kecintaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement