REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Klub Media Sosial Palestina, Ali Bkheet, memperkirakan sekitar 50 persen warga Gaza memiliki Facebook, meskipun yang memiliki Instagram dan Twitter secara signifikan, totalnya lebih kecil.
Dia mengatakan blokade Israel selama satu dekade telah membuat warga Gaza sangat tertarik untuk menggunakan media sosial, untuk mengekspresikan diri dan mengkomunikasikan suara penduduk Gaza.
Kholoud Nassar, selegram, memulai sebelum perang terakhir di 2014 dan mendokumentasikan korban konflik tersebut.
Dalam tiga tahun sejak itu, dia berusaha untuk fokus pada bagaimana warga Gaza berjuang melalui kondisi yang mengerikan -termasuk menciptakan hashtag trying to live untuk menunjukkan bagaimana para penduduk berjuang untuk mengembalikan kehidupan mereka kembali setelah perang.
Mobil mainan dan Volkswagen Beetle yang sudah tua milik Nassar, selalu ia bawa di tasnya setiap saat dan buku cerita yang ada didalamnya terdapat lusinan foto hasil jepretannya, telah menjadi cap yang membantunya terhubung dengan orang lain.
Orang-orang dari seluruh dunia Arab sekarang mengirim foto mobil-mobil asli, yang ia post di akun Instagram-nya.
Bagi Fatma Abu Musabbeh, Instagram juga merupakan sumber pendapatan antara 300 dollar hingga 400 dollar per bulan dari e-marketing dan iklan di akun Instagram-nya.
Pada wilayah dimana 60 persen anak mudanya tidak bekerja dan gaji rata-rata hanya beberapa ratus dolar, Mosabbeh telah mengukir relung untuk dirinya sendiri.