Rabu 18 Oct 2017 05:12 WIB

Mahzab Tsauri dalam Sejarah Keilmuan Islam

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Dakwah/ilustrasi
Dakwah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tsauri merupakan mazhab fikih. Setelah pindah ke Basrah Irak di akhir hidupnya, pemahaman fikih sang imam menjadi lebih dekat kepada orang-orang Umayyah dan Imam al-Auza'i. Dia menghabiskan sisa hidupnya dalam persembunyian setelah berselisih dengan Khalifah Muhammad bin Mansur al- Mahdi dari Daulah Abbasiyah.

Setelah wafat, mazhabnya dilan jutkan oleh murid-muridnya. Yang terkenal adalah Yahya al-Qattan. Dialah yang menyebarluaskan berbagai pemikiran Sufyan tentang fikih dan hadis. Mazhab Sauri yang tak lama bertahan tetap dikenang dalam sejarah keilmuan Islam. Be berapa aliran fikih dan teologi merujuk pemahaman tersebut.

Meski Sufyan sudah tiada, nasihatnya selalu dikenang hingga saat ini. "Waspadalah terhadap para penguasa, mendekat dan bergaul dengan mereka. Jangan tertipu dengan slogan bahwa Anda dapat mengusir ketidakadilan, semua ini adalah tipu daya iblis yang hanya dijadikan tangga untuk pencitraan." Pemahaman keagamaan Sufyan tidak jauh berbeda dengan ulama ahlusunah pada umumnya.

Tentang jihad, misalkan, ketika Muslim telah mampu melaksanakan kewajibannya maka dibolehkan berjihad. Kata tersebut bukan diartikan berperang menggunakan senjata saja. Segala daya dan upaya kebaikan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh adalah bagian dari jihad.

Sufyan dikenal sebagai salah seorang ahli zuhud bersama Amir bin abdul al- Qays, Abu Muslim al-Khawlani, Uways al-Qarani, Rabi bin Khutaym, Aswad bin Yazid, Masruq bin al-ajda, dan Hasan al- Basri. Mereka dikenal sebagai ahlusshuffah yang mengabdikan hidupnya untuk berzikir.

Ibnu Qayyim Jawzi pernah menceritakan perkataan Sufyan tentang Abu Hashim az-Zahid dalam bukunya yang berjudul as-Safwa. Dia belajar dari Abu Hashim as-Sufi tentang kemunafikan sederhana dalam diri sendiri.

Menurut Sufyan, orang yang terbaik adalah mereka yang sufi dan memahami syariah. "Allah telah mengambil keterasing an atas dunia agar pencarinya hanya hidup bersama dengan Dia dan bukan dengan dunia dan agar orang-orang yang taat datang kepada-Nya de ngan cara menghindari dunia. Orang-orang dengan pengetahuan tentang Allah (ahlul ma`rifah billah) adalah orang asing di dunia dan merindukan akhirat," jelas dia.

Pada saat kematiannya, mazhab Sauri dibawa murid-muridnya, termasuk Yah ya al-Qattan dan muridnya yang terakhir Ali bin Ja'd. Kaderisasi mazhab ini tidak bertahan, tapi pemikiran yuridisnya dan terutama penanggalan hadis sangat dihargai dalam Islam dan telah memengaruhi semua mazhab besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement