REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --- Ketua MUI Bukit Tinggi Aidil Alfin berharap pelatihan akuntansi keuangan masjid dapat diselenggarakan di berbagai daerah. Pelatihan yang diadakan oleh Harian Umum Republika bersama Ikatan Akuntan Masjid (IAM) Masjid Baitul Mal Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) tersebut dianggap telah membuat pengelolaan keuangan masjid menjadi transparan dan akuntabel.
"Kalau bisa pelatihan ini tidak hanya dilakukan di Jakarta. Terutama untuk yang di daerah-daerah," ujar Aidil yang juga pengurus Masjid Nurul Waton, Bukit Tinggi, Sumatra Barat, pada Sabtu (14/10).
Aidil menyarankan agar Republika bekerja sama dengan MUI dan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di berbagai daerah dalam penyelenggaraan. Karena menurutnya, pelatihan semacam ini sangat penting bagi semua pengurus masjid di Indonesia. Namun sayangnya tidak semua pengurus masjid mampu secara finansial untuk menghadiri pelatihan ke Jakarta.
"Saya melihat, pelatihan seperti ini sangat urgent. Apalagi mengedepankan transparansi dan akuntabilitas keuangan," ucap Aidil. Ia berpendapat bahwa di beberapa tempat, termasuk di Bukit Tinggi, seringkali kecurigaan muncul disebabkan karena pengelolaan keuangan. Bahkan kadang sampai berlanjut pada konflik.
Oleh karena itu penerapan transparansi dalam bentuk aplikasi daring yang transparan dan akuntabel, merupakan solusi untuk menghindari kecurigaan. Jadi penting seluruh masjid menerapkan ini.
Di samping menghindari kecurigaan, kata Aidil, aplikasi ini akan menjadikan pengurus masjid semakin visioner. Artinya, selama ini masyarakat mengira bahwa pengurus masjid itu tidak lebih dari sekedar panitia pembangunan. "Padahal itu hanya sebagian kecil dari pekerjaan pengurus. Pengurus ini kan seharusnya untuk memberdayakan umat dari segala segi," hemat Aidil.
Di dalam pelatihan, peserta diajarkan untuk membuat rencana pembangunan selama satu tahun. "Itu kan mempertimbangkan apa yang harus dibuat dan bagaimana cara menerapkannya. Mencapai target yang telah dibuat tersebut," tegas Aidil.
Sebanyak 12 peserta berpartisipasi untuk meningkatkan kompentensi dalam pengelolaan keuangan masjid di kantor Republika, Jakarta. Materi yang diberikan dalam pelatihan diantaranya adalah teori - teori dasar standard akuntansi. Yakni Prinsip Dasar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45 dan PSAK 109.
PSAK 45 ditujukan untuk organisasi nirlaba yayasan masjid. Sedangkan PSAK 109 untuk pengelolaan zakat dan infaq. Selain dasar-dasar akuntansi, peserta juga mendapatkan pelatihan aplikasi akuntansi daring. Melalui aplikasi tersebut, diharapkan pengelolaan keuangan masjid dapat lebih transparan.
Aidil menyampaikan, bahwa pelatihan akuntansi berbasis daring dan berdasarkan PSAK 45 dan 109 membuat pengelolaan keuangan jauh lebih baik. "Aplikasi yang sudah dibuat dengan mematuhi PSAK 45 dan 109, yang berorientasi pada akuntabilitas dan transparansi itu cara (terbaik) untuk keluar dari kecurigaan. Keluar dari konflik keuangan," kata Aidil.
Namun demikian, Aidil juga berharap supaya ada keberlanjutan pelatihan. Apa yang telah disampaikan dalam pelatihan, diharapkan tidak hanya sampai disitu. Terutama bagi pengurus yang tidak memiliki dasar akuntansi, mereka perlu diberi akses setelah pelatihan untuk berkomunikasi dan berkonsultasi.
Demi menghadiri pelatihan, Aidil sendiri datang ke Jakarta Sabtu (14/10) subuh pukul 03.30 WIB. Tiba di kantor Republika pukul 09.00 WIB dan langsung mengikuti pelatihan.
Sebelumnya, pelatihan akuntansi masjid yang diselenggarakan Republika dimulai pada tahun 2016 di Padang, Sumatera Barat. Program tersebut terselenggara atas kerja sama Lembaga Penjamin Simpanan dan IAM Baitul Mal STAN.