Rabu 11 Oct 2017 14:27 WIB

Memperbaiki Diri

Berdoa Ilustrasi
Foto: Antara
Berdoa Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang anak di Madinah membuat ibunya kerap gelisah. Sang anak terus saja memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Sang anak terus bermunajat kepada Rabb-Nya, hingga ratapannya terdengar begitu keras saat orang-orang lelap dalam tidurnya.

Sang ibu bertanya-tanya, apakah yang sedang terjadi pada anaknya? Kemudian, ia memanggil sang anak dan bertanya padanya. "Ada apakah denganmu? Apakah engkau melakukan sesuatu yang menyebabkan Allah murka?" tanyanya.

Sang anak menjawab, "Benar ibu, aku telah membunuh satu jiwa." Demi mendengar pengakuan anaknya, sang ibu terperanjat hebat. "Siapakah orang itu wahai anakku? apakah kita bisa meminta maaf kepada keluarganya? Demi Allah, jika mereka tahu bagaimana engkau meratapinya setiap hari pasti mereka mengasihimu."

Dengan tenang dan lembut, sang anak berkata, "Ibu, janganlah engkau bilang kepada siapa pun. Sesungguhnya, aku telah membunuh jiwaku sendiri. Aku telah membunuhnya dengan berbagai dosa."

Anak muda ini kelak akan menjadi bintang gemintang dari generasi tabiin. Ia adalah murid yang paling utama dari Abdullah bin Mas'ud RA. Namanya, Ar-Rabi bin Khutsaim. Ia digelari ahli zuhud yang pendiam dan berilmu.

Petikan kisah dalam Ashrut Tabi'in itu seharusnya menyentak kesadaran kita. Seseorang yang masih sangat muda, sudah sangat paham bagaimana akibat perbuatan dosa yang manusia lakukan. Pada taraf tertentu jika dosa sudah mengunung tanpa kita kikis dengan tobat, mungkin ia sama saja telah membunuh jiwa kita.

Seperti orang yang sudah mati, jiwa kita tak lagi bisa merasa. Tak sanggup lagi mengenali. Mana yang baik dan manakah yang buruk. Jiwa yang mati hanya teronggok tak berdaya untuk mencerna sebuah kebaikan atau bahkan menelan mentah-mentah sebuah kebatilan.

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement