REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Konferensi pemuda-pemuda Islam yang tergabung dalam negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) bertajuk International Conference on Islamic Youth Education 2017 yang digelar di Kota Bandung, 5-9 Oktober 2017 menghasilkan sejumlah kesepakatan. Para pemuda negara-negara Islam sepakat mendeklarasikan penolakan terhadap segala bentuk radikalisme dan terorisme.
Asisten Deputi Peningkatan Iptek dan Imtaq pemuda pada deputi bidang pemberdayaan pemuda Kemenpora RI, Esa Sukma Wijaya mengatakan radikalisme menjadi masalah yang terjadi di berbagai belahan dunia. Terutama negara-negara Islam seiring berkembangnya Islamophobia.
"Kita paham tentang Islamophobia, ketakutan beberapa negara di dunia terhadap gejala-gejala intoleransi yang dalam beberapa hal kadang-kadang diidentikan dengan negara muslim. Ini tentu sesuatu yang berbeda sebenarnya. Terosisme dengan paham-paham keagamaan. Kita sudah sepakat bahwa terorisme dan agama sangat bertolak belakang," kata Esa kepada wartawan di Kota Bandung, Ahad (8/10) malam.
Esa menuturkan terorisme saat ini memang tidak mudah dihilangkan. Atas dasar fenomena tersebut, para pemuda Islam sebagai generasi Muslim bertekad mencegah terorisme baik di negara masing-masing dan seluruh dunia.
"Islamophobia memang sesuatu yang tidak dapat dienyahkan begitu saja dan sekarang kami mendorong para pemuda agar bagaimana dalam konteks pendidikan bagi para pemuda yang sangat moderat itu bisa mencegah terorisme dan radikalisme dalam segala bentuknya," ujar Esa.
Presiden IOC Youth Indonesia Tantan Taufik Lubis menambahkan di tengah geliat maraknya aksi terorisme, pemuda Muslim harus waspada agar tidak ikut terbawa arus. Apalagi penyebaran paham radikalisme ini sangat membahayakan dan bisa mengancam siapapun dan dari golongan apapun.
Para pemuda anggota OKI didorong untuk selalu waspada atas ancaman tersebut. Serta terus menyosialisasikan perdamaian dan stabilitas negara Islam khususnya anggota OKI.
"Kemungkinan kelompok radikal dan ekstrimis melibatkan kaum muda Generasi Muslim dalam kegiatan kekerasan, terutama yang ditujukan untuk kebencian dan permusuhan antar-sektarian dengan memanfaatkan frustrasi sosioekonomi mereka dan latar belakang pendidikan Islam yang lemah. Karenanya harus tetap waspada terhadap ancaman terorisme yang memperlakukan perdamaian dan stabilitas Negara-negara OKI dan dunia," tutur Tantan.