REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesantren di Indonesia merupakan pusat Islam moderat dunia. Namun, beberapa pesantren masih ada yang terindikasi mengajarkan paham-paham radikalisme.
Dirjen Pendidikan Islam Kementerian, Kamaruddin Amin mengatakan, hal itu menjadi tantangan Kemenag agar pesantren radikal berubah menjadi moderat. "Kalau ada satu dua pesantren yang terindikasi radikal atau ekstrem inilah menjadi salah tantangan kita melakukan pendekatan persuasif dan melakukan komunikasi agar menjadi moderat lagi itu akan dilakukan," ujar dia saat ditemui di Gedung Kemenag, Jakarta Pusat, Rabu (4/10).
Menurut Komaruddin, data beberapa pesantren radikal tersebut sudah dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Namun, pihaknya mengakui, belum melakukan pendataan terhadap pesantren-pesantren radikal itu.
"Kita belum mengeluarkan, kan BNPT. Kami masih terus berkomuniasi bahkan kita kerja sama dengan MK untuk memberikan pemahaman tentang wawasan kebangsaan," ucapnya.
Dia mengatakan bahwa meskipun radikalisme masih terbilang kecil, tapi jika dibiarkan terus berkembang akan berbahaya bagi keragaman di Indonesia. Namun, ucapnya, pemahaman radikal dan ekstrem di beberapa pesantren itu tidak bisa dilawan dengan kekerasan, tapi harus dengan pendekatan persuasif.
"Jadi radikalisme dan ekstrimisme tidak bisa dilawan dengan kekerasan, mungkin terorisme bisa dihilangkan mungkin ismenya tidak bisa dihilangkan. Jadi ideologi tidak bisa hard, tapi dengan soft," kata Kamaruddin.