REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pondok pesantren (Ponpes) menjadi salah satu wadah tempat persemaian yang baik bagi generasi muda di Tanah Air. Di sisi lain, perhatian pemerintah terhadap ponpes pun terus mengalami peningkatan. Hal ini tidak semata untuk kembaikan ponpes, tapi juga bangsa Indonesia.
"Pesantren memang mengajarkan kita untuk kompeten. Pendidikan di pondok pesantren itu ada tahapan-tahapannya, ada adab-adabnya, bahkan kitab-kitabnya disusun oleh para ulama berdasarkan kebutuhan," kata Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi yang lebih dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB) saat berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Fusha, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, pada Ahad (1/10) kemarin.
Menurut TGB, dengan bekal ilmu dan bahasa yang lengkap, maka cita-cita jangka panjang lulusan ponpes untuk bisa berbicara di tingkat nasional dan internasional, akan dapat diwujudkan. Karena itu, TGB mengajak para santri untuk senantiasa mengasah kemampuan dan mempersiapkan diri agar menjadi pemimpin yang hebat, serta merasa bangga menjadi santri dan selalu optimistis dalam menatap massa depan yang lebih baik.
"Sebab ilmu yang didapatkan di ponpes sudah menjawab seluruh tantangan masa depan yang lebih kompleks dan ilmu tersebut merupakan bagian yang menjadi kebanggan bagi para santri," kata TGB.
Di hadapan sekitar 300 santri, TGB mengapresiasi metode pembelajaran Ponpes Al-Fusha yang memadukan unsur ilmu agama dengan ilmu umum. TGB juga menilai, konsep pengajaran dengan penggunaan tiga bahasa, yakni bahasa Arab, Jepang, dan Inggris di ponpes ini menjadi suatu inovasi yang positif.
Pimpinan Ponpes KH Muhammad Dzilkon menyebut TGB sosok ulama dan umaro yang lahir dari dunia Ponpes. "TGB sosok yang menginspirasi bagi santri-santri muda, khususnya bagaimana melahirkan pemimpin masa depan bangsa yang jujur, amanah, dan berintegritas untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik," ujar Dzilkon dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, di Mataram, NTB, Senin (2/10).