Senin 02 Oct 2017 13:18 WIB

Indonesia Dinilai Butuh Pemimpin yang Religius Nasionalis

Forum Group Discussion (FGD) tentang kepemimpinan alternatif bangsa yang digelar di Hotel Madani, Medan, Senin (2/10). Hadir sebagai narasumber Prof Badaruddin MSi dari Universitas Sumatara Utara (USU), Dr Warjio dari Universitas Medan Area (UMA), Dr Lelya Khairani MSi, Sohibul Anshor Siregar dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Dr Bahkrul Amal Khair, dan Tappil Rambe dari Universitas Negeri Medan (Unimed).
Foto: Istimewa
Forum Group Discussion (FGD) tentang kepemimpinan alternatif bangsa yang digelar di Hotel Madani, Medan, Senin (2/10). Hadir sebagai narasumber Prof Badaruddin MSi dari Universitas Sumatara Utara (USU), Dr Warjio dari Universitas Medan Area (UMA), Dr Lelya Khairani MSi, Sohibul Anshor Siregar dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Dr Bahkrul Amal Khair, dan Tappil Rambe dari Universitas Negeri Medan (Unimed).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN— Indonesia dinilai membutuhkan sosok pemimpin yang menggabungkan dua aspek kepemimpinan sekaligus yaitu religius dan nasionalis. Dua kelebihin ini, menurut Tappil Rambe dari Universitas Negeri Medan (Unimed), dalam Forum Group Discussion (FGD) tentang kepemimpinan alternatif bangsa, terdapat dalam figur Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), A Muhaimin Iskandar.

Menurut Tappil, Cak Imin, sapaan akrab A Muhaimi Iskandar, dinilai sebagai figure yang memahami paham dan konsep Religius-Nasionalis yang sudah terbukti.  Potensi tersebut menempatkan sosok yang terlahir dari keluarga pendiri Nahdlatul Ulama ini layak maju sebagai calon wakil presiden.” Dan (potensi) ini ada pada figur Cak Imin,” tutur Rambe dengan lugas saat membacakan kesimpulan FGD tersebut di Hotel Madani, Medan, dalam keterangan tertulisnya, Senin (2/10).  

Tappil Rambe menjelaskan sebelum membuat kesimpulan, para narasumber terlebih dahulu membahas kepemimpinan alternatif bangsa dari berbagai sudut pandang keilmuan, dan pendekatan akademik yang realistik dan objektif. Menurut Tappil Rambe, ada sejumlah alasan menjadikan Cak Imin sebagai salah satu figur yang sangat layak dan ideal menjadi Cawapres pada Pemilu 2019. Pertama, terkait kekuatan yang dimiliki oleh Cak Imin.

Para narasumber menilai, latar belakang Muhaimin Iskandar dari keluaraga besar Nahdlatul Ulama (NU) menjadi salah satu kekuatan figur yang satu ini. “Selain itu, Cak Imin matang dalam dunia gerakan/aktivis,” kata Tappil yang didampingi para narasumber lainnya.

 

Kemudian, Cak Imin dinilai berpengalaman dalam aktifitas media, matang dalam pendidikan, matang dalam hal politik dengan segala kedudukan yang pernah ada, dan memamahi kerja-kerja eksekutif karena pernah menjadi Menteri Tenaga Kerja di era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dia menggarisbawahi, yang tak kalah pentingnya, Cak Imin memiliki basis massa yang rill dengan perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada Pemilu 2014 sebesar 11.298.957 atau 9,04 persen.

Apalagi, lanjutnya, Cak Imin memiliki jaringan sosio kultural. Perkembangan PKB dari pemilu ke pemilu terus mengalami perkembangan yang signifikan dalam rangka menjadi PKB ada di mana-mana. Dan hasilnya adalah bahwa PKB telah mulai ada hampir di semua Nusantara.

Poin penting yang dimiliki Cak Imin, lanjut Tappil, memiliki kecerdasan intelektual dan kematangan spritual. Memiliki usia muda dan pemikiran yang progressif.

Hadir sebagai narasumber Prof Badaruddin MSi dari Universitas Sumatara Utara (USU), Dr Warjio dari Universitas Medan Area (UMA), Dr Lelya Khairani MSi, Sohibul Anshor Siregar dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), dan Dr Bahkrul Amal Khair.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement