REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rasulullah SAW begitu baik menerima tamunya. Beliau SAW benar-benar tulus menyambut tamu dan memuliakannya.
Suatu ketika, Rasulullah SAW kedatangan utusan dari Bani Abdul Qais. Beliau SAW bersabda kepada para utusan, "Selamat datang para utusan, yang datang tanpa akan kecewa dan tidak akan menyesal." (HR Bukhari dan Muslim).
Saat menyambut kerabat keluarga pun, Rasulullah SAW begitu ceria. Suatu kali, putri kandungnya, Fatimah, datang mengunjungi Beliau SAW. Nabi pun bersabda, "Selamat datang wahai putriku." (HR Bukhari dan Muslim).
Kita kadang lupa dengan kaidah ini. Sering saat anak-anak kita pulang atau datang mengunjungi, tak ada sapaan selamat datang. Seolah pulang ke rumah adalah sebuah kejadian yang biasa yang tak perlu diagung-agungkan.
Jika kita melakukan sapaan yang hangat kepada tamu atau keluarga yang datang, minimal kita mendapat dua hal. Pertama, sang tamu merasa dihormati. Kedua, ada nilai pahala dalam sunah yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Selanjutnya, tempatkanlah tamu kita dalam sebuah tempat yang layak bagi mereka. Jika memang tak ada perabot mewah, tak perlu dipaksakan untuk diadakan. Cukup dengan memberikan fasilitas dengan apa yang kita miliki.
Usahakan tempat duduk yang nyaman bagi sang tamu. Jangan sampai auratnya tersingkap karena tidak adanya tempat duduk yang baik. Lalu muliakan tamu dengan menempatkannya di tempat yang tak tercium aroma yang kurang baik.
Menghidangkan makanan atau minuman adalah bagian dari adab memuliakan tamu. Sekali lagi tak perlu memaksakan diri dengan membeli makanan dan minuman di luar kemampuan kita bahkan sampai berutang.