Kamis 21 Sep 2017 23:15 WIB

Pentingnya Muliakan Tamu

Anak dan Menantu sedang minum Teh dan Mengobrol di ruang Tamu (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Anak dan Menantu sedang minum Teh dan Mengobrol di ruang Tamu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Betapa agungnya agama ini. Seluruh sendi dalam kehidupan mendapat porsi perhatian. Ibaratnya, saat kita membuka mata dari lelapnya tidur, ada Islam hadir memberikan tuntunan.

Berturut dari masalah keseharian hingga menentukan bagaimana hukum saat berperang diatur oleh agama ini. Satu hal yang terlihat remeh namun memiliki kaidah tuntunan yang mulia dalam Islama adalah menerima tamu.

Menerima tamu tak sekadar menerima orang yang datang ke rumah, membukakan pintu, bercanda ria lalu menyaksikan punggungnya keluar dari pintu. Atau, bahkan sama sekali tak menjawab salam dan membukakan pintu meski sang tamu memiliki hajat yang besar dengan kita.

Islam sudah mengatur adab dan tuntunan bagaimana seseorang memperlakukan tamunya. Islam sangat memuliakan seorang tamu. Hendaknya seseorang yang kedatangan tamu menerima tamu dengan niat yang benar.

Menerima tamu tak sekadar aspek sosial, namun ada dimensi pahala di dalamnya. Menerima tamu sama artinya dengan menyambung silaturahim.

Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadis qudsi, "Sesungguhnya, rahim itu berasal dari Arrahman lalu Allah berfirman, 'Siapa menyambungmu Aku menyambungnya dan barangsiapa memutusmu Aku memutusnya.'" (HR  Bukhari).

Tuan rumah hendaknya menerima tamu dengan baik, dengan wajah senyum dan ceria. Tuan rumah dianjurkan untuk mengucapkan selamat dayang kepada tamunya.

Sambutan yang sangat hangat ini akan melapangkan hati sang tamu dan membuat kedudukannya terhormat di sisi tuan rumah. 

Tak jarang justru di antara kita kerap menyuguhkan senyum ketus atau muka masam alih-alih menyajikan hidangan. Sambutan yang kurang enak tersebut bisa jadi berujung pada putusnya silaturahim karena sang tamu merasa tidak disambut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement