REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah mengejutkan adalah meski persahabatan keduanya terjalin sejak lama, Hakim bin Hisyam tidak serta-merta meyakini ajaran yang dibawa Nabi Muhammad. Sikap masyarakat Makkah yang ketika itu lebih banyak menolak dakwah Rasulullah memengaruhi pendirian Hakim. Sehingga, dia lebih memilih suara mayoritas yang mempertahankan keyakinan lama menyembah berhala.
Dia baru mendapatkan hidayah setelah akhir-akhir hidup Rasulullah, tepatnya setelah Pembebasan Kota Makkah (Fathu Makkah). Lebih dari 20 tahun setelah Muhammad menjadi Nabi, dia baru mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Ilahi.
Banyak orang mengira sosok Hakim dengan akal sehat dan sahabat baik Rasulullah akan mendapatkan hidayah dan orang yang pertama memercayai Rasulullah. Namun, itu tidak terjadi. Meskipun dia agak lama menerima Islam, pada akhirnya dia mendapat hidayah tersebut. Bahkan sepanjang hidup nya, dia selalu menangis karena lamban mengimani Islam.
Putranya pernah bertanya kepada Hakim mengapa menangis setelah menerima Islam. Baginya waktu 20 puluh tahun terlalu lama untuk mendapatkan hidayah tersebut. Padahal, menurut Hakim, menerima Islam berarti akan memberinya banyak kesempatan untuk berbuat kebaikan.
Hidupnya terhindar dari Pertempuran Badar dan juga Uhud. Setelah Uhud, dia mengaku tidak akan membantu masyarakat Quraish melawan Muhammad.