Selasa 12 Sep 2017 21:15 WIB

Pertautan Anak dan Ayah

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Rasulullah
Foto: wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA  -- Gadis kecil itu menangis terisak sambil membersihkan kotoran unta di bawah punggung ayahnya. Dikisahkan oleh Abdullah bin Masud, ketika itu Nabi tengah shalat di dekat Ka'bah.

Abu Jahal dan rekan-rekannya duduk di sana. Salah satu dari mereka berkata, "Siapa di antara kalian yang mau mengambil kotoran hewan sembelihan milik Bani Fulan untuk diletakkan di punggung Muhammad SAW saat sujud?"

Uqbah bin Abu Mu'ith, orang paling celaka di antara mereka, bangkit untuk melakukan usulan tersebut. Ia kembali membawa kotoran hewan dan menunggu. Ketika Rasulullah sujud, dia letakkan kotoran itu di pundak beliau.

Kaum Quraisy tertawa terbahak-bahak melihatnya. Adalah Fatimah az-Zahra, putri kecil Muhammad, yang menangis mengetahui peristiwa itu. Ia hampiri sang ayah dan membuang kotoran dari punggung beliau. Setelah itu, barulah Rasulullah bangun dari sujud.

Kedewasaan dan rasa sayang Fatimah pada Rasulullah membuatnya dijuluki 'Ummu Abiha'. Setelah kepergian Khadijah, Fatimah juga yang membantu melakukan pekerjaan di rumah Rasulullah, mengurus sang ayah, dan mencurahkan segenap kasih sayang pada beliau.

Peristiwa itu sekaligus menunjukkan eratnya pertautan antara seorang anak dan ayah. Ayah yang bersikap dingin mungkin akan mendapatkan rasa segan, tapi belum tentu rasa segan itu terlahir dari kasih sayang anak-anaknya. Sikap anak pada orang tua tak lain cerminan dari sikap kita kepada orang tua kita selama ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement