Selasa 12 Sep 2017 21:03 WIB

Ayah Teladan

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Rasulullah
Foto: wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya dan akulah yang terbaik terhadap keluargaku." Muhammad SAW adalah ayah teladan. Kalau Nabi tidak bersikap baik terhadap anak-anaknya, tidak mungkin seorang Zaid bin Haritsah lebih memilih Rasul dibanding ayah kandungnya dan keluarganya sendiri. Pun, tidak mungkin ada cerita kaum Quraisy yang heran melihat Nabi menciumi anak dan cucu-cucunya.

Ibarat tanaman, tidak hanya butuh dipupuki dan disiram, tetapi juga butuh batang sandaran agar menjulur lurus tinggi ke atas. Begitu pula seorang anak. Anak tidak hanya membutuhkan kasih sayang ibu, tetapi juga ayah. Sayangnya, sekarang banyak ayah yang menumpukan pendidikan anak pada ibu semata. Mereka merasa kewajibannya cukup hanya mencari nafkah. Sebagian bahkan sengaja membangun jarak supaya si anak segan dan menghormati.

Anas bin Malik menyaksikan, "Rasulullah adalah orang yang paling sayang terhadap anak-anak kecil." Muhammad SAW, ayah teladan yang akan kita hayati ini, memiliki beberapa anak dari perkawinannya dengan Khadijah dan seorang anak dari Mariyah al-Qibhtiyah. Anak pertamanya, Qasim, meninggal ketika masih kecil. Anak-anak Rasulullah yang berumur panjang semua perempuan. Yakni, Ummu Kultsum, Ruqayyah, Zainab, dan Fatimah az-Zahra. Nabi juga memiliki anak angkat serta sekian anak tiri. Semua diperlakukan dengan adil.

Ketika menikah dengan Mariyah al Qibhtiyah, Nabi dikaruniai anak laki-laki. Bayi itu diberi nama Ibrahim. Ia disusukan kepada seorang perempuan asal Najjar, Khaulah binti al Mundir ibn Zaid, yang tinggal di sudut Kota Madinah. Setiap hari Nabi mengunjungi Ibrahim. Abu Hurairah menuturkan, suatu saat Beliau mengunjunginya, sedangkan Ibrahim menghampiri beliau dengan tubuh kotor berlumur debu. Rasul tetap memeluk dan menciumi putranya. Satu setengah tahun lewat, Ibrahim meninggal. Rasulullah amat sedih. Air matanya menetes melepas kepergian Ibrahim.

Kasih sayang Nabi semakin membuncah ketika cucu-cucunya lahir. Hasan lahir pada tahun ke-3 Hijriyah. Setahun kemudian, menyusul Husain pada tahun ke-4 Hijriyah. Sikap Nabi Muhammad terhadap kedua cucunya tidak jauh berbeda dengan sikap beliau kepada anak-anaknya. Beliau sering mengajak Hasan Husain bermain dan bercanda. Ketika Nabi shalat, ia tak marah apabila kedua cucunya naik di atas punggung beliau. Pelan-pelan beliau bangun dari sujud supaya anak-anak itu tidak jatuh.

Pernah suatu kali, sepulang dari perjalanan, Nabi mampir ke rumah Fatimah. Beliau duduk dan memanggil Hasan. "Mana si kecil, mana si kecil?" seru beliau, seperti diriwayatkan Abu Hurairah. Fatimah menahan putranya sebentar, kemudian bergegas memandikan. Tidak lama, Hasan datang dengan berlari hingga beliau mendekat dan menciumnya. "Ya Allah, sungguh aku mencintainya, maka cintailah siapa yang mencintainya."

Perilaku Nabi itu sangat kontras dengan tradisi bangsa Arab yang kaku dan keras. Nabi Muhammad menghadirkan suasana rumah dibalut kehangatan, pendidikan, kelembutan, dan cinta kasih. Sementara, orang Arab lebih mengedepankan karisma. Pada masa itu, dalam masyarakat Arab tidak biasa seorang lelaki menunjukkan kasih sayang secara terbuka kepada anak.

Ketika melihat Nabi mencium putra-putrinya, mereka sempat heran. Aqra' bin Habis, pemuka Bani Tamim mengaku, "Demi Allah, aku mempunyai 10 orang anak, tetapi tak satu pun kuciumi di antara mereka." Nabi pun memandangnya dan berkata, "Barang siapa yang tidak mengasihi, ia tidak akan dikasihi."

Tetapi, tidak berarti Rasulullah bersikap lunak menyangkut urusan agama. Usia dini bukan hambatan untuk mengenalkan agama pada anak. Suatu hari, ketika Nabi sedang membagi-bagikan kurma sedekah, tiba-tiba Hasan mendekat lalu memungut sebutir kurma dan menyuapnya. Dengan cepat, Nabi menahan Hasan dan mengambil kurma dari kedua rahangnya.

"Apa kamu tidak tahu kita ini ahlul bait yang tidak halal makan sedekah?" kata Nabi kepada bocah itu. Ketegasan dan sikap adil itu juga muncul ketika memperlakukan putri tercintanya. "Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad melakukan pencurian, niscaya kupotong tangannya," ucap Nabi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement