Selasa 12 Sep 2017 21:30 WIB

Cara Sahabat Hormati Guru

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zaid bin Tsabit RA adalah sekretaris Nabi SAW. Ia mencatat setiap wahyu yang turun dalam pelepah kurma, batu, atau media apa pun yang ia temui. Maka tak heran jika ilmu Zaid bin Tsabit begitu mendalam. Ia menjadi rujukan bertanya.

Suatu ketika, ia baru saja selesai menshalati jenazah kaum Muslimin. Begitu keluar, ia disodorkan seekor baghal, sebuah keledai kecil. Baghal biasa digunakan sebagai kendaraan pada masa itu. Begitu Zaid naik, buru-buru Ibnu Abbas RA memegang tali kekang.

Keponakan Nabi Muhammad SAW itu tak ingin kehilangan momen. Momen untuk memuliakan ahli ilmu dari kalangan sahabat. Ia pun spontan meraih tali kekang dan menjadi penuntun Zaid bin Tsabit. Merasa tak enak hati, Zaid pun menolak dengan lembut. "Tidak usah begitu wahai keponakan Rasulullah SAW."

Namun, Ibnu Abbas RA paham. Seorang ulama harus dihormati. Seorang guru harus dimuliakan. "Beginilah cara kami," kata dia, "untuk memuliakan ulama dan orang-orang besar."

Kita paham seberapa besar peran kedua sahabat itu. Ibnu Abbas RA adalah keluarga Nabi SAW. Ia pun dikenal sebagai ahli Alquran. Namun, terhadap sosok yang ia anggap memiliki kefakihan dalam agama, ia begitu menghormatinya.

Sebagai penuntut ilmu, kita sering lupa dengan peran besar guru-guru kita. Saat melafalkan al-Fatihah dalam tiap rakaat shalat, kita kadang tak ingat lagi bagaimana wajah guru-guru saat TK, TPA, atau sekolah agama kita dulu.

"Aku merendahkan diriku kepada para ulama. Seseorang tidak akan dimuliakan jika ia tidak merendahkan dirinya," ujar ulama besar yang ajarannya banyak dipakai di Indonesia, Imam Syafi'i. Sosok Imam Syafi'i  yang menjadi rujukan banyak ulama lain begitu memahami cara memuliakan gurunya.

Cara beliau memuliakan gurunya pun sampai pada level yang kita sering anggap remeh-temeh. "Aku," kata  Imam Syafi'i, "membalik lembaran halaman di hadapan Imam Malik dengan sangat pelan karena segan  kepadanya agar ia tidak mendengar suaranya."

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement