REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa (DD) siap bersinergi dan membantu Badan Wakaf Indonesia (BWI) mengelola Rumah Sakit (RS) Mata di atas tanah wakaf yang dikelola BWI di Serang, Banten. RS Mata terbuka bagi semua dengan tetap mengadvokasi pesien dhuafa.
Direktur Mobilisasi Wakaf Dompet Dhuafa Ahmad Shonhaji menjelaskan, BWI dan DD bekerja sama dalam pengeloaan selama 25 tahun. Setelah 25 tahun, BWI bisa menentukan apakah manajemen dilanjutkan oleh DD kembali atau oleh BWI sendiri.
Ada tiga kelompok pasien yang ditangani RS mata yakni pasien mustahik, pasien BPJS, dan pasien umum. Pasien mustahik akan masuk sistem keanggotaan dengan melalui survei lebih dulu karena mereka akan dibantu zakat.
Pasien BPJS akan berlaku sistem klaim BPJS. Sementara pasien umum adalah pasien non mustahik dan non BPJS. "Berarti RS Mata ini terbuka untuk semua," kata Ahmad, Selasa (12/9).
Kalau pasien mustahik, belum terdaftar BPJS, dan belum jadi anggota, DD akan membantu mereka mendapatkan layanan BPJS sehingga biaya pengobatan mereka bisa lebih murah. Ada advokasi dari DD seperti iuran pertama yang DD bantu.
Di sinilah menariknya kombinasi zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Wakaf uang bisa jadi modal pembangunan fisik rumah sakit dan wakaf melalui uang bisa untuk penyediaan alat kesehatan. Di operasional, pasien mustahik, bisa dibantu melalui menggunakan zakat.
"Itu sebagai bentuk pelayanan kami, Prinsipnya bagaimana rumah sakit ini memberi manfaat kepada masyarakat," ujar Ahmad.
Keberadaan RS Mata ini juga sekaligus menjawab tantangan tata kelola zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang langsung bersentuhan dengan hak daruriyat masyarakat. Semua rumah sakit yang akan DD bangun dibiayai oleh dana wakaf dari masyarakat dan lembaga non pemerintah lainnya baik dari dalam maupun luar negeri.
DD melihat dukungan masyarakat dalam pembangunan wakaf rumah sakit masih diperlukan. Sebab dengan memperluas wakaf rumah sakit, akan makin banyak rumah sakit di berbagai daerah yang bisa memberikan layanan terbaik bagi masyarakat.
RS Mata ini sendiri dibangun bertahap dan rencananya berkapasitas 80 tempat tidur. Pembangunan lantai dua kelengkapan alat kesehatan juga dipenuhi bertahap. Terlebih ke depan, layanan rumah sakit ini ingin diperluas sehingga bisa menjadi rumah sakit umum daerah.
SDM lokal juga dimaksimalkan untuk RS Mata ini kecuali tenaga dokter yang akan dilihat profesionalitasnya. DD Wilayah Banten yang akan ikut mengembangkan dan mempromosikan keberadaan RS Mata ini.
Saat ini, aset wakaf kelolaan DD setara sekitar Rp 200 miliar dengan jumlah aset lebih dari 40 titik. Dari jumlah itu, aset yang dikelola produktif ada di 20 titik. Sementara aset lainnya masih dalam pertimbangan karena lokasinya kurang strategis sehingga sulit dikembangkan. "Untuk yang seperti itu, kami usulkan kepada wakif untuk tukar guling misalnya. Tapi ada juga aset wakaf yang masih dalam penilaian potensi pengembangan produktifnya," ujar Ahmad.
Sejak DD menggulirkan wakaf produktif pada 2011, surplus wakaf menunjukkan tren positif. Untuk 2017 saja target surplus wakaf DD sebesar Rp 4,5 miliar dan per Juni 2017 surplus wakaf mencapai Rp 1,9 miliar atau 42 persen dari target. Surplus wakaf ini DD gunakan untuk mauquf 'alaih dalam banyak program DD.
"Ini motivasi bahwa penguatan wakaf produktif bisa membawa manfaat lebih bagi mauquf 'alaih," kata Ahmad.