Senin 11 Sep 2017 18:15 WIB

Didin : Santri Harus Jadi Agen Pembaharuan dan Pembangunan

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Didin Hafidhuddin
Foto: ROL
Didin Hafidhuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sesuai keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015, tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri. Cendikiawan Muslim, Prof KH Didin Hafidhuddin MSc menilai, hari santri penting diperingati karena santri merupakan bagian dari komunitas pelajar yang jumlahnya sangat banyak. 

Didin mengatakan, jumlah santri mencapai jutaan, terutama di Pulau Jawa. Dilihat dari akar sejarah, para pejuang kemerdekaan juga adalah para santri yang dipimpin oleh para ulama di pondok pesantren. Jadi memang bisa dipahami kalau ada hari santri. 

"Tetapi lebih penting dari itu, peringatan ini (hari santri) seharusnya dijadikan sebagai upaya untuk terus meningkatkan peran santri dalam pembangunan masyarakat dan bangsa," kata  Didin kepada Republika.co.id, Senin (11/9).

Menurut dia, dengan jumlah santri sangat banyak, mereka harus menjadi agen-agen pembangunan dan pembaharuan dalam berbagai macam bidang kehidupan. Seperti dalam bidang pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya. Artinya, santri harus menjadi penggerak ekonomi syariah.  

Didin menjelaskan, kalau melihat surat At Taubah ayat 122, ada dua tugas santri dan kiai. Pertama, memahami agama secara mendalam dan baik untuk menjawab berbagai persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Kedua, mereka menjadi solusi dari persoalan yang dihadapi masyarakat.

"Jadi santri dan masyarakat adalah dua hal yang tidak boleh terpisahkan, harus menyatu. Kalau ada hari santri, ke situ arahnya, bagaimana penguatan santri sebagai bagian utama dari pembangunan masyarakat dan semakin mendekatkan santri dengan masyarakat," ujarnya.

Hari santri telah diperingati dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Didin, dampak dari diperingatinya hari santri, santri akan merasa sebagai aset nasional dan aset bangsa. Kehadiran santri tetap dibutuhkan di tengah masyarakat. Jadi, ada semacam pengakuan terhadap para santri.

Menurutnya, pengakuan cukup penting supaya pesantren tidak selalu dianggap sebagai lembaga terbelakang. Juga dianggap lembaga yang tidak modern. Padahal, banyak pesantren modern yang melahirkan tokoh-tokoh nasional dan pejuang. "Jadi sebenarnya menghargai santri sama dengan menghargai umat Islam di Indonesia ini," ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement