REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pentingnya meneguhkan ilmu dalam kehidupan seorang Muslim. Ulama, bukan umara, yang menjadi pewaris para Nabi. Allah SWT akan mengangkat kedudukan orang yang berilmu beberapa derajat di atas manusia lain. Walau, tak berarti Islam merendahkan kedudukan perniagaan atau harta dunia. Semua tetap mempunyai porsi masing-masing.
Sekarang, marilah kita menyimak kisah Abu Hurairah. Dia tumbuh sebagai seorang yatim, kemudian hijrah sebagai seorang yang miskin. Dia menjadi seorang buruh dalam keluarga Busrah binti Ghazwan dengan imbalan makanan sekadar mengisi perut. Pada tahun ke-7 H, Abu Hurairah mendatangi Rasulullah untuk menyatakan keislamannya. Ilmu yang mengangkat derajat sahabat Nabi ini.
Abu Hurairah menemani Rasulullah hanya sekitar empat tahun. Akan tetapi, Abu Hurairah adalah periwayat hadis Nabi yang paling banyak dibanding sahabat-sahabat Rasulullah yang lain. Bagi Abu Hurairah, empat tahun bisa menjadi waktu yang panjang, penuh dengan ucapan, amal, dan pendengaran yang bermanfaat.
Abu Hurairah sadar ia baru masuk Islam belakangan. Karena itu, dia bertekad mencari kompensasi atas segala sesuatu yang telah terlewatkan. Tak ada kata terlambat untuk mengejar ilmu.
Dia rajin mengikuti Rasulullah dan hadir dalam setiap majelis Beliau SAW. Tekad dan kesungguhan itu didukung oleh kecerdasan yang Allah karuniakan. Abu Hurairah bukan seorang penulis, melainkan penghafal. Ia mampu menghafalkan setiap ucapan Rasulullah dengan tepat.