REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ma Jian juga banyak memperbaiki literatur kajian Islam yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang telah berkembang di berbagai lembaga akademik di Tiongkok saat itu.
Ia juga menerjemahkan berbagai buku Islam kontemporer yang telah menjadi kajian banyak para pemikir dunia Islam dan Barat saat itu, seperti sejarah filsafat Islam dan banyak buku kajian Islam dari para orientalis yang kemudian ia sempurnakan bahasanya menjadi lebih baik.
Sebagian besar karyanya itu ia rampungkan saat masih duduk di bangku kuliah di Al-Azhar. Ketika kembali ke Tiongkok usai menamatkan pendidikan di perguruan tinggi itu pada 1939, Muhammad Ma Jian semakin giat menghasilkan karya tulis dan buku tentang keislaman.
Kepakarannya dalam bahasa Arab dan keislaman membuat Ma Jian menjadi salah satu pengajar utama bahasa Arab dan Islam di Universitas Beijing. Pada 1946, Ma Jian secara resmi diangkat menjadi profesor di bidang bahasa Arab dan studi Islam Universitas Beijing.
Selain berkarier di bidang akademik, Ma Jian juga mendapat posisi cukup baik di perpolitikan Tiongkok, ketika itu partai komunis pimpinan Mao Zedong sedang berkuasa. Ma Jian sempat terpilih menjadi anggota dari China Konferensi Konsultatif Politik (CPCC) pada 1949. Kemahiran dan penguasaannya terhadap bahasa Arab membuatnya sering ditunjuk sebagai penerjemah bagi pemimpin komunis Tiongkok saat itu, termasuk Mao Zedong, Zhou Enlai, dan Liu Shaoqi.
Ma Jian pun terus mendapatkan posisi strategis baik di akademik Universitas Beijing maupun dunia politik sebagai wakil dari CPCC hingga akhir hayatnya pada 1978. Sepeninggal Muhammad Ma Jian, karya Alquran terjemahannya tetap diterbitkan hingga kini.