REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Perwakilan dari Ormas Islam dan Pondok Pesantren se-kota Tasikmalaya mengadakan musyawarah guna menyikapi permasalahan yang menimpa etnis Rohingya di Myanmar, Senin (4/9). Hasilnya mereka sepakat untuk menampung para pengungsi rohingya.
Koordinator musyawarah tersebut, KH Aminuddin Bustomi mengatakan umat Islam tak bisa berdiam diri ketika saudara sesama pemeluk Islam mendapat perlakuan brutal dari pemerintah Myanmar. Sebagai negara mayoritas Islam, pihaknya mengimbau Muslim supaya meningkatkan keperdulian terhadap nasib etnis Rohingya.
"Tidak ada alasan tolak pengungsi di tampung ke ponpes. Mereka terzalimi jadi banyak berkah kalau menampung mereka. Ini bentuk keperdulian. Di ponpes memang sudah banyak menampung yatim. Nanti kebutuhan (pengungsi Rohingya) di tanggung lembaga (ponpes). Sebab masalah ini sudah jadi konsumsi dunia internasional," katanya pada wartawan usai menggelar musyawarah.
Sampai saat ini, pimpinan Ponpes Sulalatul Huda itu menyadari pengungsi rohingya baru sampai di wilayah provinsi Aceh saja. Namun ke depannya, ia tak menampik bahwa pengungsi bisa didistribusikan ke wilayah lain agar tidak menumpuk. Apalagi ketika pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan resmi untuk menampung mereka
"Baru sampai Aceh pengungsinya. Bukan tidak mungkin distribusi pengungsi dengan koordinasi dari Kemenag dan Kemensos. Program dengan Kementerian terkait (pengungsi) sudah terbiasa. Dan kalau itu dilakukan kapan pun kami siap," ujarnya.
Tetapi ia mengakui Ponpes tak bisa sewenang-wenang menerima pengungsi Rohingya tanpa koordinasi dengan pemerintah. Menurutnya koordinasi dibutuhkan supaya distribusi pengungsi merata. "Nunggu keputusan pemerintah, tidak bisa langsung, mereka punya kewenangan," tuturnya.
Nantinya, tak ada batasan usia bagi pengungsi yang ingin tinggal di Ponpes baik anak, dewasa maupun lansia. Hanya saja, ia mengingatkan supaya Ponpes menerima pengungsi sesuai dengan kemampuan agar tidak memberatkan.
"Jumlah diatur lembaga masing-masing, misal satu ponpes tampung sepuluh orang, total Ponpes 264 bisa tampung ribuan orang. Ada rasio kemampuan lembaga beri servis ke mereka," ucapnya.
Sementara itu, pimpinan Ponpes Mabdaul Wadawah, Ujang Hadad menyanggupi jika pemerintah mengizinkan Ponpes menerima pengungsi Rohingya. Ia menjanjikan pengungsi dapat dipenuhi kebutuhan dasarnya. Selain itu, pengungsi usia anak juga akan dibekali pendidikan di Ponpes.
"Kalau pun pengungsi terutama anak-anak butuh pendidikan kami siap tampung mereka. Menyelamatkan pendidikan dan nyawanya jadi kewajiban kami. Ini menyangkut kemanusiaan. Fasilitas mondok ditanggung tempat, makan, pakaian," jelasnya.